Wednesday, January 9, 2008

Hijrah, Perubahan


Oleh : Asro Kamal Rokan

Jarak Makkah-Madinah melalui jalan raya lebar dan mulus, sekitar 470 km. Dengan kendaraan, jarak kedua Kota Suci ini ditempuh sekitar lima sampai tujuh jam. Di sepanjang jalan, kiri dan kanan, yang ada hanya gunung-gunung batu dan padang pasir tandus. Tidak ada pepohonan apalagi sungai yang mengalir.

Bayangkan kondisi 1428 tahun lalu. Belum ada jalan sebaik itu, belum ada kendaraan dengan alat pendingin dan pengatur kecepatan. Masa itu, Rasulullah Muhamamad SAW dan Abu Bakr yang sengaja menghindar dari jalan utama bahkan melewati Jeddah karena dikejar-kejar musuh yang akan membunuhnya mengarungi samudera padang pasir, melintasi gunung-gunung batu yang terjal dan curam. Tidak ada tempat berteduh, kecuali di celah-celah gunung batu.

Situasi politik dan keamanan di Makkah ketika itu sangat mengancam jiwa Rasulullah dan pengikutnya. Pilihannya adalah hijrah ke Yastrib (Madinah). Sampai di Madinah, selama tujuh hari perjalanan dengan menunggang onta, Rasulullah disambut kaum Anshar. Di Madinah, langkah pertama Rasulullah adalah mendirikan masjid. Dari masjid inilah, strategi dakwah, perjuangan, ekonomi, sosial, dan persaudaraan dibangun. Rasulullah tidak saja membina pengikutnya, melainkan juga membuat berbagai perjanjian dengan Yahudi dan Nasrani.

Hijrah Rasulullah ke Madinah inilah awal terbentuknya masyarakat Islam, yang kemudian menyebar ke seluruh Jazirah Arab dan kemudian menembus seluruh benua. Inilah awal tahun Islam tahun Hijriyah. Besok, 1 Muharam, lembaran baru penanggalan Islam memasuki tahun 1429 Hijriyah. Bagi sebagian orang, tahun baru dimaknai sebagai garis pergantian masa lalu ke masa depan. Mereka berupaya bergerak menuju perubahan ke arah lebih baik. Dan, dengan niat dan upaya, mereka selalu menemukan perubahan itu. Bagi sebagian lain, pergantian itu tak lebih dari perpindahan satu mata rantai ke mata rantai lainnya, saling bersambungan, sampai kemudian mata rantai itu putus.

Hijriyah adalah kata kunci bagi perubahan menuju perbaikan. Setiap orang harus berubah dengan upaya yang dilakukannya, tidak bisa menjadikan dirinya seperti mata rantai yang menunggu putus. Dari mana perubahan itu dilakukan? Ketika Rasulullah melakukan hijrah, yang pertama dilakukannya adalah mendirikan masjid, bukan rumah kediamannya. Masjid selain tempat sujud kepada Allah SWT, juga adalah tempat membangun kekuatan moril dan spiritual, potensi, strategi yang berlandaskan semangat tauhid. Maka, perubahan harus dimulai dari sini.

Malam ini, saat pergantian tahun Hijriyah, tidak diperlukan terompet, kembang api, dan pesta musik semalam suntuk. Tidak. Merenunglah untuk perubahan ke jalan Allah SWT, di saat kerusakan moral seperti akan menenggelamkan bangsa ini. Korupsi, kemiskinan, ketidakadilan, perzinahan, prasangka buruk, fitnah, kedengkian, kecintaan berlebihan pada dunia dan harta, serta penyakit-penyakit hati lainnya, seakan mengalir dalam darah.

Kini, cuci darah itu dengan tauhid, iman, dan tunduklah kepada Allah SWT, setunduk-tunduknya. Dekatkan diri sedekat-dekatnya. Rebahkan jiwa, serendah-rendahnya. Rasakan nikmatnya, keindahannya, kedamaiannya, melebihi segala nikmat, keindahan, dan kedamaian yang pernah ada. Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan?

No comments: