Ru’yatul Hilal
Dengan bantuan Moon Calculator dapat membantu untuk melihat hilal penanda bulan syawal 1428H misalnya. Dari aplikasi ini, konjungsi bulan-matahari (ijtima’) terjadi pada 11 Oktober 2007 pukul 12:00:37. Kemudian saat tanggal 11 oktober maghrib, matahari terbenam di lokasi azimuth 262.807°, atau 7.193° ke selatan dari arah barat. Pada saat itu, bulan berada pada posisi azimuth 258.807° (11.193° ke selatan dari barat) dengan ketinggian 0.435°. Posisi bulan ini posisinya secara relatif dengan matahari sekitar 4° selatan dari lokasi matahari terbenam. Pada Maghrib tanggal 11 Oktober 2007 umur bulan baru berumur 5,5 jam dan permukaan bulan yang terpantul baru 0.14%. Kondisi bulan yang seperti ini membuat bulan tidak bisa dilihat. Oleh karena itu, bulan Ramadhan tahun 1428H digenapkan menjadi 30 hari.
Kemudian saat tanggal 12 oktober maghrib, matahari terbenam di lokasi azimuth 262.426°, atau 7.574 ke selatan dari arah barat. Pada saat itu, bulan berada pada posisi azimuth 254.881° (15.113 ke selatan dari barat) dengan ketinggian 9.883°. Posisi bulan ini posisinya secara relatif dengan matahari sekitar 7.545° selatan dari lokasi matahari terbenam. Pada magrib tanggal 12 Oktober bulan telah berumur 1 hari 5,5 jam (29,56 jam) dan permukaan bulan yang terpantul sekitar 1.5% dengan panjang busur hilal sebesar 139°.
Wujudul Hilal
Wujudul hilal menggunakan algoritma yang lebih sederhana. Asalkan pada hari dimana konjungsi matahari terjadi dan matahari terbenam mendahului bulan, maka hari esoknya sudah masuk kedalam bulan baru. Kriteria ini dapat mudah diketahui jika konjungsi matahari sebelum pukul 12:30 WIB, maka maghrib pada hari itu sudah dinyatakan hilal wujud, dan esoknya adalah bulan baru. Pada contoh penentuan Syawal 1428H, konjungsi terjadi pada tanggal 11 Oktober 2007 dan saat maghribnya matahari terbenam mendahului bulan dengan selisih waktu 2 menit, maka syarat wujudul hilal terpenuhi, dan Ramadhan 1428H cukup 29 hari dan esoknya adalah bulan Syawal.
Perbedaan Kriteria
“The computation of the appearance of the new crescent is a very long and
difficult procedure, the demonstration of which requires long calculations and many tables…” Al-Biruni (973-1048 CE)
Antara wujudul hilal dan rukyatul hilal masing-masing memiliki kriteria yang berbeda. Rukyatul hilal sendiri dapat dimaknai dengan “Bulan dapat terlihat” atau “Bulan memungkinkan untuk dilihat” jadi tidak perlu melihatnya langsung, asalkan secara hisab memang bulan memungkinkan untuk dilihat. Kriteria untuk wujudul hilal sudah aku jelaskan diatas, sedangkan untuk kriteria rukyatul hilal aku rangkum kurang lebih sebagai berikut:
- Saat maghrib, matahari terbenam (piringan atas matahari menyentuh ufuk) bulan memiliki ketinggian lebih dari 2 derajat diatas ufuk.
- Umur bulan lebih dari 10 jam agar busur hilal dapat terbentuk
Kriteria Rukyatul Hilal diatas adalah yang berlaku untuk wilayah Indonesia. Untuk wilayah di negara lain, bisa saja berbeda.
Oleh karena itu, agar kriteria rukyatul hilal menetapkan pergantian bulan sehari setelah hari ijtima’, maka ijtima’ hendaknya terjadi sebelum sekitar pukul 6:00 wib (23:00 UTC hari sebelumnya).
Kriteria rukyatul hilal diatas, dalam moon Calculator masuk dalam kriteria Yallop 1997/8 (Bernard Yallop)
Di Indonesia, perbedaan penetapan antara Wujudul Hilal dan Rukyatul Hilal ini terjadi apabila konjungsi matahari-bulan (ijtima’) terjadi antara pukul 8:30 hingga 12:30 WIB (1:30 UTC s/d 5:30 UTC). Jika ijtima’ terjadi diluar rentang jam tersebut, insyaallah penetapan wujudul hilal dan rukyatul hilal tidak berbeda.
Misalkan untuk penetapan Zulhijjah 1428H, insyaallah tidak berbeda, karena ijtima pada bulan Zulqo’dah 1428H terjadi pada tanggal 10 Desember pukul 00:41 WIB.
Screen shoot Moon Calculator 6.0
No comments:
Post a Comment