Monday, March 17, 2008

Membangkitkan Pemikiran Islam

Oleh :KH AN Nuril Huda

Ketua Lembaga Dakwah NU (LDNU) dan Ketua Bidang Dakwah Dewan Masjid Indonesia

Pada masa lalu peradaban Islam pernah mendominasi kancah perpolitikan internasional. Pada abad ke-12 peradaban Islam begitu dominan di dunia. Bangsa Eropa (Barat) yang memasuki negeri-negeri Muslim, seperti Baghdad, Turki, Cordoba, dan Barcelona di Spanyol tak ubahnya seperti orang desa yang baru pertama kali melihat Jakarta.

Sekarang keadaan berubah. Mengikuti teori Ibnu Khaldun dalam al- Muqaddimah-nya, dia menganalogikan proses kelahiran dan kehancuran peradaban atau negara dengan kehidupan manusia. Sebuah peradaban pasti akan mengalami masamasa pertumbuhan, konsolidasi, keemasan, pembusukan, dan kemudian keruntuhan.

Ibnu Khaldun menyatakan kejatuhan bangsa hampir selalu didahului atau diikuti kenaikan bangsa lain yang mewarisi peradaban sebelumnya. Bangsa yang baru muncul ini cenderung meniru bangsa yang pernah menjajahnya hampir dalam segala hal, dari cara berpikir dan bertutur hingga ke tingkah laku dan soal busana. Proses ini bisa berlangsung tiga sampai empat generasi.

Ibnu Khaldun yang juga di masyarakat Barat dikenal sebagai bapak ekonomi, menyatakan kehancuran peradaban disebabkan oleh rusaknya sumber daya manusia, baik secara intelektual maupun moral. Peradaban dapat runtuh karena timbulnya materialisme. Sikap ini tidak hanya negatif, tapi juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral.

Beliau menegaskan bahwa tindakan amoral, pelanggaran hukum dan penipuan, demi tujuan mencari nafkah meningkat di kalangan mereka. Jiwa manusia dikerahkan untuk berpikir dan mengkaji cara mencari nafkah dan menggunakan segala penipuan untuk tujuan itu. Masyarakat lebih suka berbohong, berjudi, menipu, menggelapkan, mencuri, melanggar sumpah, dan memakan riba.

Ibnu Khaldun meringkas 10 perkara yang menyebabkan jatuhnya sebuah peradaban, yaitu 1) rusaknya moralitas penguasa, 2) penindasan penguasa dan ketidakadilan, 3) kezaliman, 4) orientasi kemewahan masyarakat, 5) egoisme, 6) oportunisme, 7) penarikan pajak secara berlebihan, 8) keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat, 9) rendahnya komitmen masyarakat terhadap agama, dan 10) penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat.

Selain menjelaskan penyebab rubuhnya sebuah peradaban, Ibnu Khaldun juga menguraikan sebab kebangkitan sebuah peradaban. Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa bangkitnya sebuah peradaban berkaitan erat dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia menuturkan maju mundurnya suatu peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan. Jadi, substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibn Khaldun adalah ilmu pengetahuan.

Hampir dipastikan tidak ada negara saat ini yang bisa melepaskan diri dari hegemoni Barat, termasuk umat Islam. Di bidang politik, ekonomi, dan budaya, pengaruh Barat sangat dominan di negara-negara Islam.

Kondisi ini membuat sebagian umat Islam merasa gerah dan marah. Lalu, muncullah sentimen anti-Barat dan menolak mentah-mentah semua yang datang dari Barat dengan menganggap Barat sebagai sesuatu yang buruk dan bertentangan dengan ajaran Islam tanpa melakukan pengkajian yang mendalam. Padahal jika dikaji secara mendalam, tidak semua yang datang dari Barat bertentangan dengan ajaran Islam.

Hegemoni Barat atas dunia Islam, diakui atau tidak, sebenarnya disebabkan oleh kesalahan umat Islam sendiri. Ketidakmampuan mereka dalam menguasai ilmu pengetahuan dan tekonologi adalah penyebabnya. Seandainya umat Islam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu tidak akan berada di bawah hegemoni dan dominasi Barat.

Meraih Kejayaan Islam
Berdasarkan penjelasan Ibnu Khaldun tentang kebangkitan suatu peradaban, jika umat Islam ingin membangun kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka.

Menurut Ibnu Khaldun, wujud suatu peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu, kemampuan manusia untuk berpikir yang menghasilkan sains dan teknologi, kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer, dan kesanggupan berjuang untuk hidup. Jadi, kemampuan berpikir merupakan elemen asas suatu peradaban.

Suatu bangsa akan beradab (berbudaya) hanya jika bangsa itu telah mencapai tingkat kemampuan intelektual tertentu. Kesempurnaan manusia ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban hanya akan wujud jika manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan prasarana ataupun suprastruktur dan infrastruktur yang tersedia. Dalam hal ini pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran. Namun, yang lebih mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari pandangan hidup.

Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan itu tidak sepenuhnya salah sebab ekonomi akan berperan meningkatkan taraf kehidupan. Namun, sejatinya faktor materi dan ekonomi menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang mengarahkan seseorang untuk memberi respons seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah faktor ilmu pengetahuan. Dari sini, kita melihat peran vital pendidikan sebagai jalan kebangkitan peradaban Islam.

Lebih penting dari ilmu dan pemikiran yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat adalah intelektual. Ia berfungsi sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap ide dan pemikiran tersebut. Bahkan, perubahan di masyarakat ditentukan oleh ide dan pemikiran para intelektual. Ini bukan sekadar teori, tapi telah menjadi fakta yang terdapat dalam sejarah kebudayaan Barat dan Islam. Di Barat ide-ide para pemikir, seperti Descartes, Karl Marx, Emmanuel Kant, Hegel, John Dewey, dan Adam Smith adalah pemikir-pemikir yang menjadi rujukan dan mengubah pemikiran masyarakat.

Demikian pula dalam sejarah peradaban Islam, pemikiran para ulama seperti Imam Syafii, Hanbali, Imam al-Ghazzali, dan Ibn Khaldun memengaruhi cara berpikir masyarakat dan bahkan kehidupan mereka. Jadi, membangun peradaban Islam harus dimulai dengan membangun pemikiran umat Islam, meskipun tidak berarti kita berhenti membangun bidang-bidang lain. Artinya, pembangunan ilmu pengetahuan Islam hendaknya dijadikan prioritas bagi seluruh gerakan Islam

No comments: