Monday, August 13, 2007

Khilafah Bukan Ancaman

Konferensi Internasional

Jakarta, Kompas - Juru Bicara Hizbuth Tahrir Indonesia Ismail Yusanto pada pembukaan Konferensi Khilafah Internasional di Jakarta, Minggu (12/8), menegaskan, salah besar kalau khilafah dianggap sebagai ancaman bagi bangsa ini. "Justru khilafah akan menyelamatkan bangsa dan umat Islam Indonesia," ujarnya.

Selain dihadiri tokoh Islam internasional, seperti Hassan Ko Nakata (Jepang), konferensi juga dihadiri tokoh Islam nasional seperti Din Syamsuddin (Muhammadiyah), KH Abdullah Gymnastiar atau AA Gym, KH Amrullah Umar (Majelis Ulama Indonesia Pusat), dan Fuad Bawazir.

AA Gym juga mengatakan, Islam diciptakan dengan sifat adil, kasih sayang, dan kecintaan pada keindahan. "Kenapa ada yang begitu membenci Islam, bahkan umat Islam sendiri ada yang tidak tertarik kepada Islam. Akan sangat mudah jika menjawabnya dengan mencaci, atau menunjuk kesalahan orang. Tetapi, beranikah kita melihat kelemahan kita sendiri," ujarnya.

Menurut AA Gym, jawabannya karena Islam masih membutuhkan pribadi yang dapat menjadi bukti keindahan dan kedamaian ajaran Islam. "Saya mengajak untuk memperbaiki pribadi Islam kita. Hanya Allah yang mahatahu apa yang ada dalam lipatan hati kita, untuk siapa setiap langkah yang kita buat ini," ujarnya.

Sementara itu Din mengingatkan, umat Islam masih menghadapi banyak ancaman dan tantangan dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, jangan bersedih atau hilang kepercayaan diri karena ada iman dalam diri umat Islam. Itu sebabnya, umat Islam harus tetap bersatu meski ada perbedaan pendapat. "Umat Islam dunia dan Indonesia jangan terjebak pada permusuhan hanya karena perbedaan pendapat tentang hal tertentu, atau hanya karena perbedaan kelompok atau partai politik," ujar Din.

Menurut Din, esensi dari khilafah adalah persatuan umat Islam. Meski ada banyak perbedaan tentang bagaimana mewujudkan khilafah, umat jangan terpecah. "Memang untuk mewujudkan persatuan itu bukan hal yang mudah, di antara umat sendiri harus bisa menerima perbedaan dan menghadapinya dengan penuh toleransi," ujar Din.

Ia mengajak umat Islam, sebagai kelompok terbesar di Indonesia, untuk bisa menjadi faktor penentu bagi kemajuan bangsa ini. (MAM)

1 comment:

elfan said...

soal khilafah rasanya bukan masalah pokok, mau negeri itu namanya khilafah, negara, daulah atau apalah namanya. negara Indonesia pada hakikatnya sudah suatu bentuk 'khilafah'.

simak telaahan sbb.:http://mantankyainu.blogspot.com/.../hadis-tentang...

yang penting itu adalah soal masalah mencari dan memilih sang KHALIFAH-nya, entah namanya presiden, raja, sultan, gubernur, atau bupati atau walikota tapi yang utama pada hakikatnya adalah ORANG NOMOR SATU yang mempunyai suatu kekuatan KEKUASAAN. Ini yang harus diisi oleh ORANG MUSLIM bukan non-nya.

karena itu dilihat dari pengertian dan hakikat KHALIFAH ya tidak perlu menunggu akan terbentuknya KHILAFAH atau DAULAH ISLAMIYAH dulu baru memiliha dan menetapkan Orang Nomor Satu lalu dia akan menerapkan syariat Islamnya.

Siapa saja yang ‘ngaku’ MUSLIM lalu dianugerahi dianya sebagai ‘ORANG NOMOR SATU’ atau penguasa maka dia adalah ‘sang’ KHALIFAH apakah lebel penguasanya sebagai presiden, raja atau kanselir dll. dia berkuasa di negara berna Islam atau tidak atau bermerek khilafah atau tidak ya mutlak harus mengacu pada Al Quran dan As Sunnah.

Soal si tokoh ini mau atau tidak mau menerapkan syariat Islam atau mampu atau tidak mampu menerapkan syariat Islam ya itu mutlak adalah tanggungjawabnya sendiri beserta kelompok pendukungnya yang berkeinginan untuk menjadi sang tokoh nomor satu atau para penguasa disuatu wilayah kekuasaan. Wajib baginya merujuk pada prinsip-prinsip Al Quran a.l. seperti QS. 38:26, 6:165 dan 35:39 serta hadits Nabi Muhammad SAW di atas.