Sejalan dengan reformasi dan era keterbukaan di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini kita mendengar banyak aliran-aliran islam yang melebarkan dakwahnya di Indonesia. Kadang hal ini membuat para muslim dan muslimah sendiri menjadi bingung, dan khawatir apakah ceramah dan dakwah yang mereka hadiri termasuk suatu aliran tertentu, apakah aliran tersebut malah akan menyesatkan, dll. Secara awam kita dapat mengatakan bahwa selama ajaran islam yang disampaikan oleh aliran tersebut sesuai Al-qur’an dan sunnah Rasul s.a.w, maka kita harus mengikutinya. Hal ini benar.
Sayangnya ada beberapa aliran yang pada awalnya membicarakan tauhid, mengajak mengamalkan Al-qur’an dan sunnah Rasul s.a.w, namun para pendakwah ternyata telah mengikuti aliran tertentu, dan pada akhirnya mengajak pendengar/ummah yang didakwahkan untuk mengikuti aliran tersebut saja, mengatakan bahwa aliran tersebutlah yang paling benar diantara aliran yang lain. Dari mengkultuskan imam, pemimpin,dll yang berarti ada sembahan selain Allah s.w.t.; mengajak dengan cara menjelekkan ummat islam (aliran) yang lain, sampai dengan menerapkan cara-cara diluar ajaran Al-qur’an dan sunnah Rasul s.a.w. Ini yang tidak benar.
Rasul s.a.w. selalu mengajak ummat islam untuk mengakui, percaya dan yakin hanya kepada Allah s.w.t.. Rasul s.a.w. sendiri tidak ingin dikultuskan. Allah s.w.t yang memerintahkan manusia didalam Al-qur’an untuk mentaati Allah s.w.t. dan Rasul s.a.w. [4,13,33:31, 47:33,58:13 ]. Karena,ada contoh/teladan yang baik pada diri Rasul s.a.w. yang akan membawa kebaikan pada diri manusia didunia dan akhirat [33:21].
Menyikapi aliran/kelompok dalam islam
Sikap kita sebagai seorang muslim terhadap adanya kelompok-kelompok atau aliran dalam islam ini adalah memperkuat iman kita dengan mendalami Al-qur’an dan hadis. Pelajari melalui tafsir Al-qur’an , penjelasan hadis, menghadiri pengajian yang umum.
Pada tahap awal, pemantapan atas tauhid/keyakinan kepada Allah s.w.t., dan menerapkan ajaran Al-quran & sunnah Rasul s.a.w. adalah sesuatu yang wajib. Misalnya bergantung hanya kepada Allah s.w.t. bukan kepada teman, suami/istri, orangtua,pimpinan; menjalankan ibadah wajib dengan konsisten : shalat, puasa,zakat, haji, membaca Al-qur’an dan mempelajarinya, menjauhi makanan haram, dan pekerjaan yang tidak disukai Allah, dll.
Meningkat dengan menjalankan sunnah Rasul s.a.w. seperti menjalankan shalat dan puasa sunnah, terutama shalat tahajud, memperbanyak membaca Al-qur’an (minimal1 juz sehari), berdoa seperti Rasul s.a.w. (sebelum makan, tidur,dll), berzikir seperti Rasul s.a.w. ,dll.
Untuk menjalankan ini harus perlu motivasi dan lingkungan yang mendukung. Informasi tentang islam dapat kita lihat melalui internet, buku, majalah, kaset, dll. Cari teman atau orang yang berilmu (ulama) yang memiliki latar belakang baik dan netral dan menguasai Al-qur’an dan hadis. Jika keimanan/keyakinan seseorang sudah mantap, dan terbiasa mengikuti sunnah Rasul s.a.w. setiap hari, maka apabila menghadiri ceramah dari aliran manapun sudah tidak masalah lagi. Insya Allah sudah tidak bingung mengenai fiqih atau cara menjalankan ibadah, sudah dapat mengambil mana yang sesuai dengan Al-qur’an dan hadis dan mana yang tidak.
Penyebab timbulnya aliran/kelompok dalam islam
Pada saat Rasul s.a.w masih hidup semua orang dapat bertanya kepada Rasul s.a.w. tentang islam, dan langsung dapat dijawab atau diselesaikan saat itu juga, bahkan kadang dengan disertai turunnya ayat Al-quran, sehingga tidak ada yang merasa lebih benar dari yang lain. Jauh setelah Rasul s.a.w. wafat,tidak ada lagi tempat bertanya memperoleh jawaban yang pasti, sehingga terjadi perbedaan pendapat tentang islam yang semakin lama semakin menyolok/berbeda. Beberapa orang berkelompok mempertahankan keyakinannya, dan berusaha agar orang/kelompok lain mengikuti keyakinannya. Mereka menjalankan politik-politik tertentu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Politik yang dijalankan oleh kelompok-kelompok dalam islam sekarang ini sebenarnya telah ada sejak dahulu dan tujuannya sudah menyimpang dari tujuan semula :menegakkan kalimat tauhid dan mengikuti Rasul s.a.w. Mereka hanya ingin kelompok mereka diakui sebagai kelompok yang paling benar. Padahal tugas seorang muslim yang dicontohkan oleh Rasul s.a.w. jelas bukan seperti itu. Tidaklah heran, mengapa ummat islam saat ini mudah dipecah belah oleh non muslim. Alhasil, tujuan seorang muslim yang sesungguhnya untuk menegakkan kalimat tauhid dan menyebarkan islam tidak tercapai.
Rasul s.a.w telah meramalkan hal ini akan terjadi : pada akhir zaman nanti akan ada ummatku yang dijamin masuk surga. Lalu para sahabat bertanya : mengapa bukan kami ya Rasulullah? Rasul s.a.w. menjawab : karena ummat pada akhir jaman nanti selain tidak bisa langsung bertanya kepadaku, mereka jauh hidup setelahku yang berarti lebih sulit lagi menegakkan kaliamat tauhid dan menjaga sunnah-sunnahku”
Sesama orang beriman adalah bersaudara [49:10]. Oleh karena itu, yang seharusnya kita lakukan adalah memperbaiki kesalahan dari suatu kelompok dan mengajak mereka untuk murni menyembah hanya kepada Allah s.w.t., mengikuti Rasul s.a.w. dan tidak merasa ekslusif (atau paling benar). Kadangkala ke-ekslusif-an itu dapat disalah artikan agar dapat menyembunyikan suatu kekurangan. Dan ke-ekslusifan itu, terutama akan memperburuk citra ummat islam sendiri.
Rasul s.a.w. dan para sahabat tidak ingin dikultuskan
Pergantian kekalifahan sesudah Umar ibn Khatab r.a. mulai menimbulkan konflik. Pengikut Ali ibn Abi Thalib yang merasa bahwa Ali r.a. sejak awal telah ditunjuk Rasul s.a.w. untuk menjadi khalifah, ingin agar Ali r.a. segera ditunjuk menggantikan Umar r.a.. Walaupun Ali r.a. secara pribadi tidak berambisi menjadi khalifah. Akhirnya Usman bin Affan r.a. menggantikan Umar r.a.
Sebagai seorang sahabat yang sama-sama berjuang dengan Rasul s.a.w. dan sahabat yang lain dalam menyebarkan islam dan menegakkan kalimat tauhid (bahwa tiada tuhan selain Allah s.w.t. dan Muhammad s.a.w. adalah rasul Allah s.w.t.), Ali bin Abi Thalib r.a. dan keturunannya sudah pasti tidak ingin dilebihkan dan dikultuskan apalagi dianggap melebihi khalifah-khalifah yang lain (Abubakar r.a., Umar r.a., Usman r.a.).
Saat ini, diseluruh dunia, banyak kelompok/aliran dalam islam yang lebih mentaati pemimpin atau imam, dari pada mempelajari Al-qur’an dan hadis atau tafsir dan penjabarannya. Ada yang percaya/taklik kepada pemimpinnya, ada juga yang hanya mengikuti saja kelompok-kelompok tersebut tanpa mencoba memperbaiki kesalahan yang dilakukan kelompoknya. Sudah saatnya ummat islam mempelajari islam dengan taat hanya pada perintah Allah s.w.t., mengikuti sunnah Rasul s.a.w., namun dengan wawasan yang terbuka dan saling menasehati/memperbaiki.
Ummat islam yang akhlaqnya baik, terampil, membantu yang lemah dan menegakkan kalimat Allah s.w.t. serta mencontoh sunnah Rasul s.a.w. harus lebih banyak tampil kepermukaan, agar kita semua menjadi muslim yang diridhai Allah s.w.t. Dan semoga kita bukan muslim yang mengikuti keinginan dunia barat, yang menginginkan toleransi antar agama terutama melintasi batas keimanan,berpikiran moderen sehingga tidak merujuk pada Al-qur’an dan hadis, tidak menjalankan sunnah Rasul s.a.w.,dll. Berbagai isu negatif terus dihembuskan kepada umat islam, mulai dari teroris, mengecilkan peran wanita,dll. Sehingga muslim yang baik dan berhasil tidak pernah diangkat kepermukaan.
No comments:
Post a Comment