Thursday, September 27, 2007

AMIEN RAIS: MUHAMMADIYAH PERLU MEMPERTAJAM TAUHID SOSIAL



YOGYAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Dr HM Amien Rais berpendapat bahwa
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu (tajdid) perlu mempertajam
tauhid sosial, di samping harus tetap memegang teguh tauhid akidah.

Penegasan Amien Rais itu dikemukakan kepada pers, di kampus
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kemarin menyongsong seminar
"Tauhid Sosial" yang diselenggarakan di UMY, 22-23 Nopember 1995.

Menurut Amien, pemahaman tauhid yang lebih komprehensif dan sesuai
tuntutan zaman, harus terus dikembangkan. Selama ini, menurut Amien,
tauhid seolah-olah hanya merupakan sisten keyakinan (believed system).
"Ada kecenderungan untuk melupakan konsekuensi sosikultural,
sosiopolitik, maupun sosioekonomi, dari ketauhidan," katanya.

Jika hal itu dibiarkan, kata Amien, bukan mustahil orang akan menilai
Islam telah kehilangan relevansi sosiokultural dsb. Menurut Amien,
tauhid akidah harus diimplementasikan dalam tataran sosial, misalnya
menegakkan keadilan dalam masyarakat.

Masyarakat Indonesia modern, kata Amien, telah melahirkan fenomena
monopoli dan monopsoni yang cukup meluas, konglomerasi yang cenderung
bertentangan dengan keadilan sosial, dan pelebaran jarak lapisan kaya
dan lapisan tak berpunya. Di samping itu, tandas Ketua PP Muhammadiyah
ini, muncul tanda-tanda makin suburnya feodalisme di bidang
pendidikan.

Dalam kaitan itu, Amien Rais melihat perlunya formulasi-formulasi baru
doktrin ketauhidan Muhammadiyah di lapangan sosial. "Muhammadiyah
perlu terus menerus berkutat tentang tauhid sosial, paling tidak
sampai ada produk akademik yang bisa dipertanggungjawabkan kepada
umat," ujarnya.

Masalah tauhid sosial juga dikedepankan oleh Amien Rais ketika
menyampaikan sambutan dalam pembukaan Munas Tarjih Muhammadiyah, di
Banda Aceh, Juli lalu.

Dalam seminar nasional Tauhid Sosial untuk memperingati milad ke-83
UMY itu, Amien Rais akan menyampaikan makalah kunci. Selanjutnya,
topik tauhid sosial ditarik kepada implementasinya untuk demokratisasi
sistem sosial, teologi untuk pemberdayaan umat, dan formulasi baru
pandangan tauhid akidah dan sosial.

Topik-topik tersebut, akan dikaji oleh Dr Nurcholis Majid, Dr Mochtar
Pabotinggi, Dr Yusril Ihza, Aswab Mahasin, Dr Ahmad Syafii Maarif,
Prof Drs M Dawam Rahardjo, Prof Dr Noeng Moehadjir, Dr Musa Asyarie,
Jalaluddin Rahmat MSc, Dr Amien Abdullah, Mohammad Shobary, dan
Moeslim Abdurrahman MA. Rektor UMY, Dasron Hamid MSc, mengatakan
seluruh pembicara sudah menyatakan kesediannya. Para peserta seminar
dibatasi 125 orang, terdiri atas unsur Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Majelis dan Ortom, unsur Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Jawa,
kalangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia, kalangan
Perguruan Tinggi Islam, LSM/LPSM DIY, dan kalangan pers.

Dasron Hamid mengemukakan, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan pernah
berwasiat bahwa penyakit sejati adalah mensekutukan Tuhan dalam hal
kekuasannya. Sedangkan obat sejati, adalah mengesakan Allah dengan
sesungguh-sungguhnya. "Namun jangan dilupakan bahwa tauhid juga
menuntut ditegakkannya keadilan sosial. Dan keadilan sosial adalah
realisasi tauhid sosial," tandasnya.

Amien Rais menambahkan, dilihat dari kacamata tauhid, setiap gejala
eksploitasi manusia atas manusia, merupakan pengingkaran terhadap
persamaan derajat manusia di depan Allah. Secara demikian, tandas
Amien, jurang yang menganga lebar antara lapisan kaya dan miskin yang
selalu disertai kehidupan yang eksploitatif, merupakan fenomena yang
anti tauhid.

Menjawab wartawan, Amien Rais mengatakan seminar ini tidak diniatkan
untuk menjawab kritik-kritik bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid
mengalami kemandegan. "Muhammadiyah sebetulnya tidak pernah mandeg,"
kata Amien. Kendati begitu, ia berharap seminar tauhid sosial ini
sekaligus bisa sebagai jawaban atas kritik dari berbagai kalangan
terhadap Muhammadiyah.

Yang terang, tandas Amien, seminar tauhid sosial ini sebagai
pemanasan, yang nantinya akan melibatkan majelis-majelis Muhammadiyah
seluruh Indonesia. "Kita tidak berpretensi terlalu jauh, misalnya
untuk merumuskan pedoman tentang tauhid sosial," kata Amien. Melalui
seminar ini, jelas Amien, paling tidak masalah tauhid sosial dapat
terus digelorakan agar menjadi pemikiran kita bersama. sef

No comments: