Wednesday, July 4, 2007

Menurut UUD Keberadaan Ahmadiyah Tak Bermasalah 3-7-2007
Oleh : MUHAMMAD KODIM/SYIRAH

Kongkow Bareng Gus Dur kali ini (30/06) mengetengahkan tema seputar penyerangan terhadap Ahmadiyah di Tasikmalaya Jawa Barat tanggal 19 Juni kemarin. Diundang pembela hukum Ahmadiyah, Mubarik, untuk menjelaskan peristiwa tersebut. Tak lupa KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai pembicara utama panjang lebar dipersilahkan memberi penjelasan, wejangan, dan solusi yang bisa dilakukan.

Acara yang disiarkan oleh Radio Utankayu 89,2 FM dan dipancarluaskan jaringan KBR 68H yang tersebar dari Aceh hingga Papua ini dimulai tepat pukul 10.00 Wib. Guntur Romli sebagai moderator membuka acara untuk selanjutnya KH Wahid Maryanto atau yang akrab disapa pak Acun membacakan satu bait syair dari kitab Al-Hikam.

Acun: Allah tidak akan memberikan sesuatu yang akan mencelakakanmu. Ini termasuk dari salah satu nikmat itu adalah karena menerima apa yang telah diberikan. Mohon penjelasan.

Gus Dur: Sebetulnya dalam kalimat tersebut itu dibicarakan dua hal yang sangat penting, bahwa manusia harus pandai mengukur, saat kemauan itu jangan berlebih-lebih, cukup saja. Nah di situ, apa pun yang diberikan, diterima dengan baik. Kalau masih dianggap kurang, ya nanti minta lagi. Jadi jangan terus marah. Ini subtansi dari tasawuf, nrimo ing pandum, menerima apa yang sudah bagikan.

Guntur: Makasih Gus Dur. Saudara, kali ini kita akan membincangkan sebuah tema tentang kekerasan yang kembali terjadi pada Jamaah Ahmadiyah di Indonesia. Kejadian ini sudah berlangsung sejak 2005, sejak MUI mengeluarkan fatwa tentang penyesatan terhadap jamaah Ahmadiyah. Peristiwa-peristiwa kekerasan pun akhirnya terjadi di mana-mana, termasuk di Parung dan juga di Tasikmalaya dan juga di NTB.

Pada tanggal 19 kemarin telah terjadi kekerasan terhadap jamaah Ahmadiyah di Tasikmalaya. Dan kita akan coba untuk menguak tema ini. Sudah hadir bersama kita di Kedai Tempo Pak Mubarik, seorang pembela hukum dari jamaah Ahmadiyah yang juga anggota dari jamaah Ahmadiyah. Kita sapa dulu, Assalamu’alaikum, Pak Mubarik.

Mubarik: Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, mas Guntur.

Guntur: Gimana kabar mas Mubarik, sehat-sehat saja?

Mubarik: Alhamdulillah, sehat-sehat saja.

Guntur: Mas Mubarik bisa memberi pengantar pada kita tentang kejadian yang terjadi di Tasikmalaya yang terjadi tanggal 19 kemarin? Pak Mubarik, silahkan.

Mubarik: Ya. Sebelum saya ke sana, laporan dulu pada Gus Dur dan saudara-saudaraku yang ada di sini bahwa ternyata dalam laporan pemberitaan kita ke International Convention. Ahmadiyah di paragraf 114 laporan tersebut dilaporkan oleh pemerintah kita ke konferensi Jenewa itu sebagai organisasi rasialis. Jadi kami sudah protes resmi dari jamaah Ahmadiyah ke sana dan diterima dengan baik oleh Ibu Wiwik (Direktur HAM dan Kemanusiaan Deartemen Luar Negeri). Dan kita dilibatkan, bahkan ditawarkan untuk menjadi tim delegasi resmi RI ke Jenewa untuk menjelaskan kasus Ahmadiyah tersebut.

Saya yakin teman-teman di Deplu dan Instansi terkait, bahwa pada waktu rapat bersama mereka, saya nyatakan kalau laporan ini sampai dibacakan di depan sidang konferensi internasional di Jenewa tersebut, Indonesia akan jadi bahan tertawaan dunia. Karena Ahmadiyah, seperti Gus Dur ketahui adalah organisasi internasional yang tersebar mulai Afrika, Eropa, Amerika, Jepang, Australia, Indonesia, dan sampai Cina. Jadi memang tidak rasialis, terdiri dari berbagai bangsa. Di Indonesia, anggota Ahmadiyah itu dari Sabang sampai Merauke. Jadi ada yang Padang, Manado, dan sebagainya.

Presentasi itu diterima baik sekali oleh teman-teman dan kita malah diberi kebebasan untuk menyusun Adendum. Jadi laporan tersebut ada Adendum hanya satu-satunya laporan yang dibuat pemerintah Indonesia adalah Adendum mengenai paragraf 114 yang menjelaskan, mengklarifikasi mengenai Ahmadiyah di situ Gus. Mohon doanya dari Gus Dur dan teman-teman sekalian.

Kemudian ada berita yang menyedihkan seperti yang disampaikan mas Guntur di awal tadi. Dan mungkin kita kasih judul “Teror Terhadap Jamaah Ahmadiyah di Tasikmalaya”. Ternyata teror itu tidak berhenti sampai sekarang dan pelaku-pelakukanya masih itu juga.

Saya mendapat laporan resmi dari saudara-saudara Ahmadiyah di Tasikmalaya, yang melakukan teror tersebut adalah menggunakan seragam uniform FPI. Terus mengaku juga Thaliban. Kemudian yang aneh juga, mereka mengatasnamakan GERAK. GERAK ini singkatan dari Gerakan Etika Rakyat Anti Korupsi. Ketuanya adalah saudara Nandang juga turut aktif ikut memprovokasi bahkan memegang mix dalam masalah penyerangan tersebut.

Teman-teman di Kontras dan teman-teman di LBH juga kaget mengetahui kenapa GERAK ikut dalam kegiatan seperti ini. Dan kita sudah mencoba mengkonfirmasi pada mereka.

Penyerangan memang bisa terjadi, mereka demo di depan, dan polisi, alhamdulillah Gus, polisi telah lebih baik mampu menjaga aset milik Ahmadiyah di Tasikmalaya dan Singaparna sehingga tidak bisa dirusak oleh mereka, hanya plang nama. Dalam plang jamaah di situ tertulis dua kalimat syahadat laa ilaha illa al Allah Muhammadurrasulallah. Kemudian nama masjid Mahmud dirobohkan oleh mereka dan diinjak-injak papan nama tersebut oleh mereka beserta dua kalimat syahadatnya.

Jadi ini suatu kesedihan, mereka yang mengatasnamakan Islam tapi kok mereka begitu tega menginjak-injak kalimat syahadat yang ada di papan nama tersebut. Mereka ini tidak berhenti tanggal 19 (Juni), terus mereka mengadakan demo besar-besaran tanggal 25 (Juni) hari Senin ternyata tidak jadi. Dan (pada tanggal) 26 (Juni) mereka mendatangi DPRD sekitar 250 orang mendatangi DPRD dan menuntut supaya DPRD hari itu juga segera membubarkan Ahmadiyah di seluruh wilayah Tasikmalaya.

Tapi teman-teman DPRD di sana begitu profesional dan menegaskan bahwa kewenangan membubarkan Ahmadiyah adalah kewenangan pemerintah pusat. Saya kemarin bertemu dengan seluruh teman-teman dari departemen terkait mengenai masalah HAM, ternyata membubarkan satu organisasi apa pun di Indonesia ini tidak bisa tidak pasti berkenaan langsung dengan beberapa Convensi Internasional yang telah kita ratifikasi.

Guntur: Pak Mubarik, Anda menyebut ada laporan pemerintah yang tidak jujur terhadap PBB ya? Apa sudah Anda tanyakan ke pihak pemerintah sendiri, menjawabnya gimana itu?

Mubarik: Ya. Waktu kita tanyakan siapa yang memberi masukan ini? oleh Bu Wiwik, Direktur HAM dan Kemanusiaan Deplu, dikatakan bahwa laporan ini selesai tahun 2005 dan telah dikirimkan ke Jenewa sebelum beliau menjabat sebagai direktur HAM. Dia menjabat Direktur HAM pada tahun 2006. Dan saya tanyakan juga di situ pada Departemen Agama, tapi tidak ada yang mengetahui siapa yang memasukkan itu.

Guntur: Berarti pemerintah juga cuci tangan ya? Nah, Gus Dur, saya minta komentar dari Gus Dur. Ada pesantren besar dari NU, dan terkenal ada keharmonisan. Kenapa Gus kok tiba-tiba ada gerakan seperti itu Gus?

Gus Dur: Ya itu pertama-tama melihat bahwa tasawuf di negeri kita itu berkembang menjadi dua cangkok. Cangkok yang satu tariqah. Dalam tariqah ini ada yang dinamakan persetujuan dari rasul. Cangkok yang kedua adalah shalawatan. Nah shalawat ini enggak ada yang ke Rasullullah. Ini yang paling jadi ujung pangkal masalahnya. Menurut saya ya sudah. Tapi orang-orang kayak gitu sebaiknya dihilangkan dalam Islam.

Kenapa mereka bisa berbuat kayak gitu? Pusat dari gerakan ini, shalawatan ini, dari Pesantren kuno di Kediri, Wahidiyah. Lah, apa yang terjadi di Tasikmalaya itu kan sebetulnya dari situ. Ahmadiyah datang belakangan kan. Karena Ahmadiyah memang lain daripada yang lain. Kalau saya ya tahu, itu berdasarkan Undang-Undang Dasar memang enggak ada masalah. Tapi orang-orang itu tolol. Ya sudah, mau diapain. Makanya bolak-balik saya bilang pada mereka: tancap itu hati bersih. Selesai. Bolak-balik ya dia lagi, dia lagi.

Guntur: Jadi memang ada kelompok Wahidiyah yang selama ini membuat masalah di Tasikmalaya atau?

Gus Dur: Iya. Yang jadi persoalannya kan Wahidiyah. Lah Wahidiyah itu ada pencampuran Sundawi. Kalau di Jawa ya kejawen ada santrinya gitu. Dia itu oleh almarhum Kiai Mahrus Ali, Lirboyo, hanya berjarak sekilo, itu dianggap masuk neraka.

Guntur: Kiai Abdul Majid itu.

Gus Dur: Iya. Pendirinya Kiai Abdul Majid itu, kiai sepuh. Lah, paman saya kan juga belajar di situ. Enggak apa-apa kok. Mereka mengatakan pencampuran Jawa itu enggak apa-apa kok.

Guntur: Ya, Pak Mubarik, kehidupan jamiyah Ahmadiyah selama ini kayak apa di Tasikmalaya? Pembauran dengan pesantren, dengan masyarakat? Gimana mas?

Mubarik: Saya banyak mendengar cerita dari orang-orang tua dulu, Ahmadiyah di Tasikmalaya itu ada bahkan jauh sebelum kemerdekaan Gus. Jadi sudah bercampur sedemikian rupa. Bahkan keluarga besar Ahmadiyah sudah dianggap sebagai keluarga Cipasung. Lah ini kita sudah tidak ada jarak sama sekali dengan keluarga Cipasung. Jadi pernah Gus suatu ketika, Muktamar NU diadakan di Cipasung, banyak peserta maupun peninjau yang dari Ahmadiyah Gus.

Gus Dur: Lah iya.

Guntur: Jadi selama ini sudah ada hubungan yang baik dan pembauran dengan...

Mubarik: Terus sekedar informasi Gus, MUI Kodya Tasikmalaya atau ketua MUI kabupaten sangat baik sekali Gus.

Gus Dur: Begini ya, ini karena para birokrat menunggangi agama. Itu sebabnya. Menurut saya terlalu tolol.

Guntur: Sikap pemerintah gimana Gus?

Mubarik: Untuk kepolisian, mereka cukup profesional. Jadi bisa bertindak secara tegas terhadap para perusuh itu. Dan saya bisa pastikan bahwa para perusuh itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan Cipayung.

Guntur: Oke. Saudara pendengar yang ada di rumah maupun di Kedai Tempo, Anda bisa berinteraksi dengan kami, dengan Gus Dur dan juga dengan Pak Mubarik. Bung Taufik yang ada di atas akan membuka line telepon dan membacakan pesan pendek yang sudah ada. Silahkan bung Taufik.

Taufik: Ya, terimakasih bung Guntur. Dan saudara kami masih mengundang Anda untuk berinteraksi dengan kedua narasumber, silahkan hubungi di 85909947 atau disambungkan telepon bebas pulsa 0800403131. tema kita kali ini Seputar Kekerasan Terhadap Jamaah Ahmadiyah.

Guntur, sudah ada beberapa pesan pendek yang masuk ke meja redaksi. Saya bacakan satu per satu.

Dari Karim, apa yang melatarbelakangi banyaknya aliran pemikiran dan akidah. Ada NU, Ahmadiyah dan lain-lain? Di antara aliran tersebut mana yang paling benar menurut Allah dan Rasulnya.

Kemudian Pak Dino di Cikarang mengirimkan pesan pendek, sebenarnya apa yang menjadi perbedaan ajaran agama Islam di Indonesia sehingga dapat menimbulkan konflik? Mohon penjelasan Gus Dur.

Kita sudah bersama penelpon dengan pak Antoni di Utankayu. Selamat pagi Pak Antoni.

Pak Antoni: Selamat siang Gus Dur.

Gus Dur: Siang.

Pak Antoni: Masalah Ahmadiyah, saya merasa simpatik dengan gerakan Ahmadiyah ini. Tapi yang saya tanyakan ini gini Gus: Gus Dur kan dekat sama SBY, kenapa Gus Dur enggak mendesak Pak SBY saja supaya ditangkap saja itu perusuh-perusuh seperti Gus Dur bilang tadi? Dan bila perlu juga Abu Bakar Ba’asyir itu juga Gus. Itu saja Gus, makasih.

Gus Dur: Kalau menganggap saya baik sama SBY, bisa ngomong, bisa ngasih nasehat, SBY itu penipu. Penakut juga. Di luar saja lagaknya kayak berhubungan, tapi sebenarnya kita enggak pernah berhubungan. Menteri saja enggak ngomong sama kita. Dan pada tanggal minggu kemarin, Agum Gumelar dipanggil dia di Istana Merdeka dan disana diberitahu calonnya Gus Dur untuk DKI harus kita hancurkan.

Karena itu, lalu saya buat statemen dimuat dalam apa itu? Kemudian ada soal perubahan dalam pilihan Gubernur di DKI. Karena itu, saya nyatakan saya tidak punya calon dan tidak ikut-ikutan soal pemilihan gubernur DKI. Selesai.

Guntur: Terus ada penanya kenapa banyak aliran dalam Islam? Ada NU, ada Ahmadiyah dan lainnya.

Gus Dur: Ya, Islam membuka diri untuk semua hal. Semuanya juga begitu. Yang bukan agama juga gitu. Yang namanya komunis di Italia, di sana ada namanya partai komunis. Partai itu pantai apa, ya sama saja. Semuanya itu. Kita enggak perlu berkecil hati, Islam terjadi kayak gitu. Tidak juga Arab. Tidak ada yang bisa mewakili Islam secara utuh.

Guntur: Ya ada lagi yang perlu dibacakan di studio atas?

Taufik: Oh ya bung Guntur kita sudah bersama dengan pendengar Pak Andi Arya. Silahkan Pak Andi.

Pak Andi: Selamat pagi. Assalamualaikum warahatullahi wabarokatuh. Yang terhormat Gus Dur, juga narasumber dari Ahmadiyah, juga teman-teman di Utankayu. Islam perlu ada dokter Gus, pengobatnya. Untuk memberi nilai-nilai moral dan rohani terhadap perbuatan apa ya? Saya ingin bertanya tentang kufur dan iman. Ada yang mengatakan begini Gus: orang yang mengkafirkan tidak boleh dikafirkan selama mereka jalan di atas aturan ta’wil. Terus gimana Gus, karena perta’wilan semata-mata sudah mejadi kafir. Semua pihak dari Islam mesti semuanya menggunakan ta’wil. Sekian, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Gus Dur: Gini ya, Nabi Muhammad saw. mengatakan barangsiapa yang mengkafirkan pada saudara sesama Islam maka dia yang kafir. Lah, ukurannya apa? Kalau masih percaya pada Allah, dan bahwa Muhammad itu pesuruhnya, ya itulah Islam. Sederhana sekali. Yang lain-lain itu urusan dia dengan Tuhan.

Guntur: Ya. Yang hadir di Kedai Tempo silahkan bila ada pertanyaan atau pun tanggapan. Ada pak Ahmad di belakang ya. Silahkan pak Ahmad.

Pak Ahmad: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat siang Gus Dur. Saya mau bertanya selama ini yang saya ingat, saya dari kecil, dari sekolah SD sampai sekarang, waktu kecil saya ingat Islam itu adem-adem saja. Adem ayem tidak ada masalah. Kenapa kok sekarang Islam keras? Saya mohon jawabannya. Terimakasih. Wassalamu’alaukum warahmatullahi wabarakatuh.

Gus Dur: Yang membuat ribut itu orang-orang yang sok tahu padahal enggak tahu. Itu penting sekali disadari. Ambil satu contoh, dalam Islam itu menurut fikih tadi sebenarnya begini: orang boleh berbuat kekerasan hanya kalau diusir dari rumahnya. Itu baru boleh keras. Itu contoh. Kalau kita mau melaksanakan fikih itu sungguh-sungguh.

Guntur: Sekarang sudah ada dua penelepon, silahkan Bung Taufik.

Taufik: Ya, bung Guntur. Sekarang sudah ada dua penelepon di Rawamangun dan Pondok Gede. Kita sapa dulu Pak Carolus di Rawamangun. Silahkan Pak.

Pak Carolus: Selamat siang Gus Dur.

Gus Dur: Selamat siang.

Pak Carolus: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Guntur: Mohon maaf Pak Carolus, sambungan telepon kita tampaknya sangat buruk. Kemudian di belakang Pak Carolus ada Pak Sangkil di Pondok Gede. Silahkan Pak Sangkil.

Pak Sangkil: Selamat pagi Gus Dur.

Gus Dur: Selamat pagi.

Pak Sangkil: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya orang awam ya Gus ya. Tolong ini dijawab yang tepat pertanyaan saya ini. Ini menyangkut masalah agama juga. Hari yang diagungkan itu dari Kristen juga dari Islam juga. Mengapa Jum’at itu hari yang perlu diagungkan oleh Islam, harus ke masjid? Juga orang Kristen, istirahatnya itu kok hari Minggu, enggak hari Senin atau Kamis atau Rabu? Kedua ya Gus ya, hari selamatan untuk orang yang meninggal; ada 3 hari, ada 7 hari, ada 40 hari, ada 1000 hari. Kok tidak 2 hari, 4 hari, atau 30 hari umpamanya.

Ketiga, masalah kerukunan umat beragama, saya masih dengar di Bandung itu ada orang beribadah diusir, dianiaya. Menurut kepercayaan orang Kristen, saya orang awam, orang nisor (bawah) ya Gus ya, kalau orang Kristen baru bersembahyang atau beribadah itu Tuhan di tengah-tengah kita. Lah kalau orang beribadah dianiaya, diusir, itu berarti menganiaya Tuhan. Apakah itu Tuhan memberkati hidup kita? Lah terus musibah sana sini.

Guntur: Sudah cukup Pak.

Pak Sangkil: Hey. Lah iya, tolong dijawab dengan baik. Terimakasih.

Gus Dur: Ya itulah. Terus orang Islam gimana? Ya kepercayaan mereka kok. Sebenarnya mereka juga menggunakan istilah hari Minggu. Hari Minggu itu hari Tuhan. Sebelumnya mereka menganggap Minggu itu harinya Tuhan, maka dipakai untuk beribadah. Itu urusan mereka, jangan tanya ke saya.

Guntur: Masalah jumlah hari selamatan orang meninggal?

Gus Dur: Ya itu tergantung.

Guntur: Terus masalah toleransi umat beragama? Pada saat beribadah dianiaya.

Gus Dur: Kalau ada orang beribadah di aniaya itu kan aneh. Kalau ada niatan merukunkan, kalau sudah rukun ya sudah. Saya setiap hari kumpul dengan dua orang. Kadangkala ke tempat mereka, kadangkala ke tempat saya. Dia itu namanya Irawan, dia orang Konghucu. Terus yang satunya itu Ketua Pendeta. Kita bisa kok kumpul bareng.

Guntur: Saya pingin tanya ke Pak Mubarik, mungkin bisa di jelaskan pada kami di sini, apa sih sebenarnya keyakinan dari Ahmadiyah?

Mubarik: Sebenarnya keyakinan ini sama. Mulai dari akidahnya, rasulnya, ajarannya, semua itu sama semua. Cuma memang ada kesepakatan yang pertama itu ya Gus kalau enggak salah itu pengakuan terhadap Imam Mahdi. Sedangkan umat Islam lainnya itu.

Gus Dur: Orang Islam juga banyak yang percaya pada Imam Mahdi. Misalnya Darul Arqom itu.

Gutur: Berarti perbedaannya itu di level penafsiran atau pemahaman ya?

Mubarik: Betul.

Guntur: Masalah kitab, rasul itu sama.

Mubarik: Iya. Mungkin Gus Dur yang lebih tahu ya, perbedaan itu yang lainnya masih menunggu kelahiran, sementara yang lainnya mengatakan Imam Mahdi itu sudah turun. Sederhana sekali perbedaannya. Jadi tidak ada perbedaan yang.

Gus Dur: Iya. Gitu saja kok diributkan.

Guntur: Di Malaysia itu juga sangat politis karena guncangan rezim waktu itu ya Gus, jamaah Darul Arqom. Dan itu sama juga yang terjadi dengan Ahmadiyah yang ada di Indonsia?

Gus Dur: Oh iya. Maaf ya pak Mubarik, yang lain ini kan mengejar ketertinggalan.

Guntur: Jadi ada kecemburuan ekonomi gitu ya Gus?

Gus Dur: Iya.

Guntur: Pendengar, cukup kiranya sesi di ahmadiyah ini. Terimakasih Pak Mubarik sudah datang bersama kita di Kedai Tempo menemani Gus Dur berbincang-bincang. Dan saudara, Anda jangan kemana-mana karena kami akan kembali dengan tema Studi Islam dengan pembicara Bapak Dawam Raharjo. Dan kita akan kembali setelah mendengarkan beberapa pesan berikut ini. Terimakasih.[]


No comments: