Sesungguhnya dari seorang yang selama bertahun-tahun malang-melintang menjaga hubungan harmonis lintas agama di Indonesia, judul Resonansi ini tentu sedikit mengagetkan. Tetapi, hal ini harus saya katakan agar Indonesia yang plural jangan sampai berkeping-keping oleh ulah kaum fundamentalis: Muslim, Kristen, atau siapa saja yang memakai kacamata kuda dalam memahami agama. Resonansi 26 Juni telah menyebut Bush sebagai fundamentalis Kristen yang ingin menginjilkan dunia dengan cara-cara yang biadab, sebagaimana Kevin telah menelusuri sejarah panjang tentang masalah ini dalam karya terbarunya, American Theocracy, sebuah buku terlaris menurut New York Times.
Belum terlalu lama, teman-teman pendeta Kristen telah memberi tahu saya bahwa Bush mendapat dukungan kuat dari kelompok fundamentalis Kristen ini. Serangan brutal terhadap Afghanistan dan Irak disambut gembira kelompok ini. Mereka percaya bahwa Saddam Hussein memang menyimpan senjata pemusnah massal, sebuah tuduhan yang dibantah oleh temuan ilmiah. Bahwa Saddam seorang penguasa zalim tak seorang pun yang bisa membantahnya. Tetapi, pertanyaan yang sering saya ulang adalah: apa hak Bush, Tony Blair, dan para pendukungnya yang haus darah dan minyak, menyerbu bangsa lain yang berdaulat dengan alasan-alasan isapan jempol?
Saya benar-benar gagal memahami para penginjil di Amerika bersorak-sorai menonton kehancuran Irak, sebuah bangsa dan negara berdaulat, tetapi yang juga memang sarat oleh konflik internal karena politik dan paham agama yang berbeda. Semestinya para penginjil ini jika punya hati nurani untuk menasihati Bush agar tidak melakukan petualangan politik imperialisnya dengan membawa Injil.
Dunia Islam memang sedang rapuh karena proses pembusukan telah berlangsung lama, lama sekali. Tetapi, mohon dicatat bahwa Muslim yang normal dan siuman banyak jumlahnya di muka bumi, seperti halnya juga Kristen yang normal yang punya akal sehat tidak kurang. Kekuatan normal ini seharusnya tampil ke depan untuk mengutuk langkah-langkah pemimpin megalomaniak, apa pun agamanya, yang membajak Tuhan untuk kepentingan politik kekuasaan.
Seorang pemimpin penginjil terkemuka Amerika, Richard Cizik, sebagai misal mengatakan kepada The New York Times, 27 Mei 2003: "... para penginjil telah menjadikan Islam sebagai pengganti Uni Soviet. Umat Islam sama dengan Imperium Jahat di era modern." (Lih. Kevin Phillips, American Theocracy, hlm 251). Ucapan-ucapan sarkastik model ini jangan sampai dijadikan acuan oleh para penginjil di Indonesia, secara diam-diam atau terang-terangan.
Harus muncul di kalangan Kristen yang bersedia martir untuk melawan kekuatan fundamentalis semacam ini, sebagaimana halnya di kalangan Muslim telah tampil intelektual sekaliber Khaled Abou El Fadl, Muhammad Abed Al-Jabiri, Abdullahi Ahmed An-Na'im, dan sederetan yang lain di Indonesia. Mereka telah berjibaku melalui karya tulis ilmiah untuk melawan gerakan fundamentalisme di dunia Islam dengan dalil agama yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ada perbedaan yang sangat mencolok antara dunia Islam dan dunia Kristen. Yang pertama lemah di bidang ilmu dan teknologi, yang kedua masih berada di atas angin di kedua ranah itu. Di dunia pertama telah mucul orang-orang nekat berupa pasukan bom bunuh diri untuk mempertahankan apa yang dianggap sebagai kehormatan, prilaku biadab yang dikutuk oleh mayoritas umat Islam di muka bumi. Dunia kedua sedang dipimpin fundamentalis Bush, punya dolar dan nuklir, dan telah mengobrak-abrik bangsa miskin Afghanistan dan telah menggempur Irak yang kaya dengan minyak. Akibatnya rakyat di dua negeri itu sudah sangat menderita, sementara kaum elitenya berselingkuh dengan kekuasaan, dan sampai batas tertentu tidak mustahil telah menjadi alat fundamentalis Kristen Bush. Alangkah pahit dan getirnya situasi ini.
Agar tidak terlalu jauh saya mengelana, kepada teman-teman Kristen di Indonesia, mari sama-sama kita kawal negeri yang sama kita cintai ini, jangan sampai menjadi ajang "pertempuran" segala macam bentuk fundamentalisme, Muslim garis keras atau para penginjil yang haus kekuasaan dengan dukungan dolar. Kasus Bush adalah contoh terburuk bagi demokrasi Amerika, jangan sampai diimpor ke Indonesia. Stop sel kanker penginjil Amerika! Kita tidak bisa membayangkan betapa destruktifnya bagi bangsa yang sedang gerah ini jika agama dipakai untuk meruntuhkan segala nilai baik yang masih tersisa dalam kultur bangsa ini.
No comments:
Post a Comment