Wednesday, July 4, 2007

Urgensi Salam 2-7-2007
Oleh : AHMAD NURCHOLISH/SYIRAH

Al-Bazzaar meriwayatkan dari Umar bin Khathab bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Apabila berjumpa dua orang Islam, lalu yang seorang mengucapkan salam kepada yang lain, maka yang paling dicintai oleh Allah di antara keduanya ialah barangsiapa yang wajah/mukanya berseri-seri. Dan apabila mereka saling berjabat tangan, Tuhan turunkan seratus rahmat. Untuk yang memulai mengulurkan tangan diberikan sembilan puluh, dan untuk yang menyambut tangan yang diulurkan mendapatkan sepuluh.”

Tentang salam ini, Imam Nawawi dalam kitabnya Riyadh al-Shâlihîn (Keridlaan Orang-Orang Saleh) mengatakan bahwa ketika seseorang mengucapkan salam kepada seseorang yang lain, meski hanya satu orang saja, hendaklah menggunakan dhamir-jama’ sebagai ucapan kehormatan, bahkan kepada seorang perempuan sekalipun..

Jadi mengucapkan salam itu dengan kata tunjuk kum yang berarti kalian (banyak) bukan ka atau kunna (kamu lelaki atau perempuan)

Karenanya saat salam yang kita ucapkan adalah “Assalamu’alaikum wa Rahmatullâh wa Barakâtuh” sebagaimana kita ucapkan sehari-hari ketika menyapa orang lain. Dengan demikian bukan dengan “Assalamu’alaika” untuk lelaki atau “Assalamu’alaikunna” untuk seorang perempuan.

Menurut Syaikh Hasan al-Bishri, sebagaimana dikutip Buya Hamka, memulai mengucapkan salam adalah sunnah (tathawwu’) dan membalas salam dari orang lain adalah wajib.

Begitu juga dengan ulama-ulama lain, sepakat dengan hal ini. Sebab, menurut Hamka, dalam satu Hadis lagi Rasulullah mengatakan, “Maka sambutlah salam itu dengan yang lebih baik atau yang sama.” (Tafsir al-Azhar, Juz V, hal. 194).

Di dalam kitab Fath al-Mun’im (Kunci Pemberi Nikmat, h.237), Musa Syahin Lasyin menjelaskan, Assalamu’alaikum mempunyai dua arti. Pertama, adalah doa (al-du’a) dengan keselamatan dan keamanan untuk orang yang diberi salam, yaitu Allah menyelamatkan dan mengamankan engkau dari malapetaka-malapetaka dunia dan akhirat.

Arti kedua ialah berita atau informasi (al-khabar), yaitu saya mengucapkan salam dari (diri) saya (sendiri): saya membawa kedamaian kepada engkau, bukan memerangi engkau.

Jadi, al-salam (salam) adalah pemberitahuan tentang keamanan dan kedamaian sekaligus mendoakan orang yang kita beri salam agar senantiasa memperoleh kedamaian dan keamanan.

Oleh karenanya dengan membiasakan diri mengucapkan salam kepada orang lain secara tidak langsung merupakan bentuk partisipasi terhadap upaya merwujudkan perdamaian. Satu kata yang mudah untuk diucapkan, tetapi, kadang sangat sulit untuk mencapaianya.

Apalagi di tengah disintegrasi sosial, sikap individualis yang kian mengental, terutama dalam masyarakat perkotaan, ucapan salam menjadi penting. Ia bisa menjadi oase yang menyejukkan di tengah ‘panas’nya hubungan sosial yang kian mengkhawatirkan: tak ada saling peduli dan keretakan hubungan silaturrahmi.

Tentu, salam tak sebatas pada ucapan “Assalamu’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh” yang khas keislamannya itu, tetapi juga bentuk ucapan-ucapan lain semacam “Selamat pagi”, “Selamat malam” dan lain sebagainya.

Karena pada dasarnya semua itu bermakna sama, yakni menyampaikan kabar baik sekaligus mendoakan orang lain untuk memperoleh hal yang sama: perdamaian dan keselamatan. []


No comments: