Monday, June 18, 2007

Abou El Fadl tentang Peta Umat (II)


Selanjutnya mari kita ikuti tesis-tesis El Fadl tentang kutub umat Islam kontemporer yang saling berhadapan. Pertama, kekuatan Islam puritan (sebutan lain dari fundamentalis), dan kedua, Islam moderat yang merupakan mayoritas mutlak dari sekitar 1,3 miliar umat Islam di muka bumi. Ada sebuah pertanyaan kunci yang dihadapkan kepada kedua kutub ini: Siapa yang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan atas nama agama? Jawaban pertanyaan ini ternyata lebih sulit dari apa yang dibayangkan oleh sementara orang. Kedua kutub umat itu memberikan jawaban yang sungguh berbeda.

Dalam penilaian El Fadl, kaum puritan akan mengatakan bahwa itu adalah sebuah pertanyaan yang salah, sebab, ''Bagaimana seseorang dapat membedakan antara sebuah agama dan tanggung jawab terhadapnya. Kaum puritan akan mengatakan bahwa agama tidak diwakili oleh apa pun selain teks dan ritualnya, dan para pengikut yang tulus akan membaca teks dan melaksanakan ritual.''

Sebaliknya golongan moderat akan mengatakan, ''Posisi kaum puritan tidak saja naif, tetapi penuh masalah. Apa yang membuat suatu agama melebihi teks dan ritual, dan apa yang berlaku karena teks dan ritual bukanlah sebuah perwujudan penuh dari Ketuhanan. Tuhan dan kemauan Tuhan terlalu mulia dan luas untuk dapat dinyatakan oleh teks dan ritual. Tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan manusia atas nama Tuhan mesti jatuh atas pundak umat manusia.'' (Hlm 276).

Kedua kutub itu, ''Sama-sama ingin sepenuhnya terikat dengan Tuhan. Keduanya tidak ingin menjalani hidupnya di bumi tanpa petunjuk Tuhan. Tetapi, apa yang membedakan puritan dan moderat cukup lebar --terutama yang bertalian dengan masalah amanah dan aksesibilitas (apa yang dapat diraih). Kaum moderat yakin bahwa Tuhan memberi kepercayaan kepada manusia dengan kekuatan nalar dan kemampuan membedakan antara baik dan buruk. Tetapi, amanah yang ditempatkan pada diri manusia itu begitu dahsyat --demikian dahsyatnya sehingga manusia dan hanya manusia saja yang bertanggung jawab atas semua perbuatannya. Inilah yang pada gilirannya membenarkan tanggung jawab di Hari Akhir.

Amanah yang diletakkan pada diri manusia tidak hanya untuk menjalankan atau melaksanakan seperangkat perintah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tetapi, Tuhan menyediakan untuk manusia arahan dan tujuan, dan terpulanglah kepada manusia untuk menemukan hukum-hukum yang perlu dan layak.'' (Ibid)

Di mana posisi kaum puritan? ''Sebaliknya, kaum puritan tidak percaya bahwa amanah yang ditempatkan pada manusia demikian lebar dan kabur. Tuhan memberikan hukum kepada manusia, yang sebagian besar keadaannya bersifat khas dan rinci, dan memercayai mereka untuk melaksanakannya. Maka, anugerah Tuhan yang benar kepada manusia bukanlah kemampuan menalar tetapi kekuatan untuk memahami dan menaati. Tidaklah mengherankan kemudian, kaum puritan diyakinkan bahwa Tuhan mengurus masalah-masalah kecil urusan manusia dengan memberikan hukum-hukum konkret dan khas yang mengatur banyak dari apa yang dikatakan dan diperbuat manusia.''

Di mana pula posisi kaum moderat dalam masalah ini? ''Kaum moderat memercayai sebaliknya: Sebagian besar masalah yang menyangkut persoalan manusia terserah kepada kebijaksanaan manusia yang dengannya mereka berbuat yang terbaik sejauh yang mungkin asal mereka mengamati garis pedoman moral yang umum.'' (Ibid).

Masih ada beberapa perbedaan pendekatan dan pemahaman Islam antara dua kekuatan itu yang terekam dalam kesimpulan karya El Fadl yang tidak akan dibeberkan di sini.

El Fadl tidak menutup kemungkinan adanya pendekatan yang ketiga, tetapi memerlukan kajian tersendiri. Sekarang yang sedang berhadapan adalah dua kutub di atas. Pertanyaannya adalah: Mana di antara keduanya yang mesti diperkuat untuk mencapai tujuan Islam berupa rahmat bagi semua? Jelas El Fadl memilih jalan moderat, sebab hanya jalan inilah yang dapat membawa umat Islam mencapai tujuannya melalui cara-cara yang beradab, damai, dan manusiawi, tetapi tetap berpegang kepada prinsip yang diyakini, tidak boleh terombang-ambing dalam tarikan gelombang modernitas yang sekuler dan tidak adil.

Akhirnya, karya-karya El Fadl kini sedang serius dibicarakan di kalangan intelektual muda NU dan Muhammadiyah untuk dipakai sebagai salah satu rujukan penting dalam upaya memahami peta Islam kontemporer, baik global maupun yang bertalian dengan arus gerakan Islam di Indonesia. El Fadl telah memperkaya literatur Islam kontemporer dengan cara yang sangat bertanggung jawab.

(Ahmad Syafii Maarif )

No comments: