Sunday, June 17, 2007

Perubahan Arti Istilah Umat Islam
6-2-2007
Oleh : Syirah

Menurut Gus Dur istilah umat Islam mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu.

Rubrik ini adalah hasil Kongkow bersama Gus Dur atau Abdurrahman Wahid di Kedai Tempo yang disiarkan langsung oleh Radio 68H di Jalan Utan Kayu Jakarta Pusat. Acara yang sudah berlangsung sejak November 2005 ini disiarkan pula oleh 60 stasiun radio lain di seluruh Indonesia.

Biasanya dialog dibuka dengan pembacaan satu bait kata mutiara dalam kitab Al-Hikam, Berbagai Hikmah, yang dikarang oleh Syeikh Ibn Ata’illah al-Sakandari (709H/1309H). Berbagai topik dibincangkan, dari agama sampai politik. Tak lupa guyon-guyon Gus Dur turut mewarnai dialog yang berlangsung dua jam, satu jam on-air dan satu jam lagi off-air.

Pagi itu, pukul 10.00, Gus Dur sudah siap didampingi oleh Muhamad Guntur Romli, alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, sebagai pembawa acara. Di studio ada Alif Imam, penyiar 68H memandu jalannnya acara.

Guntur. Assalamu’alaikum. Hari ini saya ucapkan selamat tahun baru Islam. Pada pagi ini sebetulnya Gus Dur membuat tulisan untuk kita yang akan didiskusikan tentang perubahan istilah umat Islam. Dan pagi hari ini juga ada teman-teman dari Sulawesi Utara tepatnya Kota Minahasa Utara dan Kota Bitung yang pada saat ini sedang melakukan advokasi atau semacam lobby pada pemerintah bahwa ada perusahaan tambang emas di sana yang bermasalah dengan masyarakat dan juga hukum.

Kita ucapkan salam dulu ya pada teman kita dari Sulawesi Utara. Dan seperti biasa kita akan mendengarkan satu bait dari Kitab Al-Hikam. “Susunan kalimat merupakan sajian daripada pendengarnya. Bukanlah bagi kamu kecuali kamu dapat menyantapnya.”

Gus Dur. Beberapa hal memang untuk didialogkan dan disajikan. Kajian bagi kita untuk digunakan membuktikan kebesaran Allah. Itu hanya alat untuk menunjukan kedudukan kita di hadapan Allah, tidak lebih dan tidak kurang.

Sydney Jones, seorang pengamat peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1970-an menulis dalam majalah Indonesia milik Universitas Cornell di New York. Dalam artikel itu Jones menulis bahwa Kata umat Islam itu berbeda-beda artinya dalam setiap zaman, 300 abad lamanya”.

Sekitar tahun 1970-an arti pertama umat Islam itu ialah semua orang yang beragama Islam. Kemudian karena ada yang berpartai politik muncul istilah umat Islam sebagai kelompok islam. Lalu dipakai lagi untuk setiap orang yang beragama Islam walaupun dia anggota dari partai berbeda.

Sekarang ini, istilah umat Islam dipakai untuk semua orang. Tidak peduli dia anggota partai atau tidak, yang penting beragama Islam. Itu intinya dari kata berubah-ubah dari kata umat Islam.

Kemudian, sekitar tahun 1920-an, di bawah pengaruh KH Umar Said Cokroaminoto, dan KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pengertian umat itu diciutkan lagi menjadi anggota organisasi Islam. Sementara yang lain disebut nasionalis dan seterusnya.

Nah, sekarang ini pengertian nasionalisme itu berubah yaitu kebangsaan kita untuk menunjukkan kedirian bangsa. Ini dirangkap juga orang-orang yang dari partai Islam atau yang menginginkan masyarakat Islam.

Ini maksud saya, menulis itu menunjukan bahwa pengertian kata-kata umat Islam itu berubah-ubah.

Guntur. Kalau pengertian umat Islam hari ini, bagaimana Gus Dur?

Gus Dur. Macam-macam pengertiannya. Habib Muhammad Rizieq (ketu Fornt Pembela Islam) merasa dia Islam. Saya merasa Islam. Banyak lagi orang yang merasa Islam. Pendapat (alm) Nurcholis Majid, pendiri Paramadina, juga mengatakan bahwa Islam itu luas, islamic party no islamic yes, Partai Islam tidak, Islam ya.

Guntur. Tapi yang jelas bahwa di situ banyak sekali kategori-kategori dalam umat Islam yang sudah disebutkan tadi. Meskipun Gus Dur mengatakan bahwa para teroris itu bagian dari umat Islam tapi Gus Dur sendiri mengatakan bahwa Gus Dur berbeda kategori dengan mereka.

Gus Dur. Kalau berbeda pendapat, pikiran, pandangan, cara hidup, tidak berarti kita harus mengkafirkan mereka. Yang penting mereka itu semua warga negara, siapa yang melakukan kesalahan atau melanggar hukum ya diadili, setelah menjalankan hukuman ya sudah seperti Abu Bakar Ba’asyir, Pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia.

Rizki, Tangerang (Kiriman SMS). Selamat pagi, mengapa bangsa kita yang mengaku beragama selalu mengekspresikan kekecewaan dan ketidakpuasannya dalam bentuk kekerasan sara, apakah ini sudah menjadi budaya?

Gus Dur. Kalau budaya itu dikatakan sesuatu yang beredar dipakai di negeri kita itu? Ya. Tapi kita sadar bahwa ini sementara saja, enggak lama. Dalam sebuah kehidupan 20 tahun itu enggak lama.

Titi (Penelpon interaktif), Jakarta Selatan. Assalamu`alaikum Gus Dur. Kedengarannya suara Gus Dur sedang sedih. Apakah kesedihan Gus Dur sama dengan kesedihan pemerintah. Kemudian kesedihan pemerintah itu apakah karena rakyatnya sedih.

Saya Ingin tahu karena rakyat yang lebih banyak sedih, tetapi pemerintah tidak tersentuh kesedihan. Saya lihat Gus Dur sudah menurun kecepatan bicaranya, berarti Gus Dur sangat prihatin, mudah-mudahan sama dengan rakyat. Terima kasih.”

Gus Dur. Rakyat susah ini akibat saja. Akibat dari salah arahnya pembangunan. Ada yang dinamakan teori pertumbuhan dan teori pemeratan. Yang mana kita tidak pernah serius dalam hal ini. Lalu dimulai swastanisasi, yang itu jalan terus. Saya katakan lagi, itu semua karena tidak ada kepercayaan kepada negara. Jadi itu masalah pokok yang harus kita hadapi.

Imron Bekasi (Penelpon Interaktif). Pak Kiai saya mau nanya masalah agama. Zaman dulu ada perantara perjodohan namanya comblang. Terus ada lagi perantar jual beli rumah, tanah, kendaraan bermotor yang disebut broker, calo, makelar, itu hukumnya bagaimana?

Gus Dur. Asalkan semuanya berdasarkan rida: rida dari yang beli, jual, juga calo, itu tidak masalah. Bila dasarnya itu bukan rida tapi paksaan itu yang salah. Apalagi seorang calo harus siap nyogok, itu yang enggak boleh. Ibu tadi, saya merasa berterima kasih. Mudah-mudahan kita semua bisa menyajikan suatu gambaran bahwa Islam itu sebagaimana al-Quran, wa maa arsalnaka rahmatan lil `alamin, tidak ada ragu kuutus engkau wahai Muhammad kecuali untuk perdamaian bagi manusia. `Alamin itu manusia, rahmatan (rahim) persaudaraan.

Gus Rif (Kiriman SMS). Komentar Gus Dur tentang Poso yang rusuh lagi.

Gus Dur. Poso itu mengalami beberapa kali perubahan. Pertama, ada pertarungan menguasai lahan pertanian antara pejabat tinggi Jakarta dan Lokal, dengan baju agama. karena ada anggota DPR RI yang ke Tentena, di sana bertemu dominik dan ketua Majelis ulama di Sulawesi Tengah. Mereka mengatakan tidak ada pertentangan soal agama.

Tapi pertentangan ini mulai diisi pihak lain yang akhirnya menghasilkan korban-korban. Sekarang ini, lebih jauh lagi, ada yang ingin mengalihkan perhatian dari jakarta, agar terjadi kekacauan di sana. Yang juga dalam keadaan ini, masuk orang Islam dari Filipina Selatan untuk membuat keadaan lebih kacau. [ ]

SUMBER: Syir’ah edisi 62/Februari 2007. Beredar Senin, 5 Februari 2007


No comments: