Sunday, June 17, 2007

Islam Radikal di Solo Kini Bergerak ke Ekonomi (Tulisan Kedua)
27-5-2007

Oleh : ROBI SUGARA/SYIRAH

Bagaimana dengan ideologi organisasi tersebut?

Secara umum pandangan dunia dan ideologi kelompok radikal muslim di Surakarta di antaranya, Allah swt menjanjikan bahwa orang Islam adalah umat terbaik (khaira ummah) selama mereka menyuruh kepada yang makruf/baik (amar ma’ruf), melawan perbuatan munkar (nahi munkar) dan percaya kepada Allah (QS Ali Imran 3: 110). Penekanan terletak pada melarang yang munkar (nahi munkar). Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah bentuk jihad. Sebuah hadis sering dikutip yang berbunyi: “Siapa saja melihat kemunkaran maka perbaikilah dengan tangannya, jika dia tidak mampu perbaikilah dengan lisannya, jika dia tidak mampu perbaikilah dengan hatinya. Dan itulah selemah-selemah iman.” (Diriwayatkan oleh Bukhari).

Kemudian, Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Islam lah satu-satunya agama yang paling sempurna. Ia meliputi, yag dikenal dengan akronim, 3 D: din, daulah, dan dunya (agama, negara, dan dunia).

Jika keadaan suatu negara jauh dari apa yang diidealkan, itu artinya syariat Islam tidak dijalankan. Syariah merupakan “panacea”/obat paling mujarab bagi seluruh “penyakit.” Syariah merupakan jawaban dari seluruh krisis yang terjadi.

Untuk menjamin pelaksanaan seluruh syariat Islam, UUD harus mencantumkan aturan keharusan bagi orang Islam untuk menjalankan syariat Islam. Negara Islam tidak begitu penting, tetapi syariat Islam itu penting. “Musuh-musuh” Islam; Yahudi dan Kristen tidak akan senang dengan orang Islam sampai orang Islam mengikuti mereka dalam segala aspek kehidupan mereka. “Perang salib/crusades” melawan muslim masih terus berlangsung.

Penolakan terhadap Barat, terutama Amerika dan sekutunya, dan penolakan segala sesuatu yang berasal dari Barat. Dua buah stiker masing-masingnya berbunyi: “Jangan takut Amerika, Allah pelindung kita.” “Saudaraku dan anak-anakku, ini (maksudnya gambar Presiden Bush) pembunuh paling keji di dunia. Wahai Allah laknatilah dia.”

Bagaimana dengan keanggotaannya?

Untuk FPIS meliputi pemuda masjid, pesantren dan majelis taklim. Tidak ada jumlah exact (pasti) tetapi ratusan orang bisa hadir dalam kegiatan mereka. Kemudian FKAM memiliki sayap paramiliter dengan nama Jundullah, terdiri dari anak-anak muda sejumlah 200 anggota. Barisan Bismillah memiliki 20 anggota aktif. Bergerak tergantung pada situasi dan isu berkembang.

Kemudian Barisan Hizbullah Bulan Bintang sejak 2001 rekrutmen anggota ditutup. GPI terdaftar hanya 20 anggota dan sejumlah simpatisan. Sementara Laskar Hizbullah Sunan Bonang keanggotannya berasal dari pemuda masjid dan masyarakat. Meski begitu tidak ada jumlah yang exact.

Bagaimana modus gerakan mereka?

Secara umum saya bisa jelaskan, (modus gerakan mereka adalah) perang melawan kemaksiatan melalui “sweeping” praktek dan tempat maksiat seperti diskotik, night club (klab malam), perjudian, prostitus, alkohol, dan narkoba, dan majalah “Playboy.” Untuk menguatkan aksi ini, sesuatu yang tertanam dalam jiwa mereka, dan ini yang menjadi pemicu semangat untuk “berjihad” yaitu: “Jika mereka (pelaku maksiat) berani mati untuk masuk neraka, mengapa kita tidak berani mati untuk masuk surga?). Ini merupakan bentuk lain dari pada jihad.“ Ini menurut seorang informan.

Kemudian “Sweeping” warga Amerika tahun 2001 setelah AS menyerang Afghanistan. Mengirim para pejuang sebagai bagian dari Laskar Jihad, berperan sebagai staf logistik dan paramedis ke Ambon. Serta melawan pendirian gereja-gereja baru dan aktivitas misionaris Kristen.

Bagaimana dengan pendanaannya?

Kebanyakan pendanaan aktivitas-aktivitas kelompok radikal Musim ini berasal dari sumbangan dan iuran anggota, donasi simpatisan, donasi bulanan, penjualan barang-barang.

Bisa Anda petakan bagaimana gerakan Islam di ranah-ranah publik, misalkan sumber kami menyatakan di birokrasi masih dikuasai oleh kelompok GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Nah untuk gerakan Islam ini, mereka lebih banyak menguasai ranah mana?

Sebenarnya di Surakarta itu identik dengan kalangan nasionalis. Kalangan nasionalis ini sejak masa dinasti Mataram sampai dengan kini tetap mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Surakarta. Hal ini bisa dilihat sejak masa zaman pergerakan nasional abad ke-20. SI lahir di Solo sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni keraton maupun kolonial dan rajin mengorganisir kalangan rakyat kecil di Solo dan sekitarnya.

Pada tahapan ini SI mampu menjadi simbol Nasionalisme-Islam Jawa. Setelah SI dipegang oleh HOS Cokroaminoto dan pindah ke Surabaya, SI Solo muncul dengan wajah yang lebih radikal. Hal ini setelah terjadi perjumpaan SI yang Islam dengan ajaran Marxis.

Tokoh paling penting dalam hal ini adalah H. Misbach, seorang ulama yang memegang agama secara kuat, tetapi juga menjadi penggerak protes sosial yang sering kali menimbulkan kerusuhan.

Organisasi lainnya adalah Serikat Rakyat yang dipimpin oleh Mutakalimoen. Di samping itu ada Mas Marco Kartodikromo yang membawa ideologi Islam Marxis juga sering menggerakan aksi protes di Solo selama awal abad 20. Gerakan inilah yang menjadi cikal bakal gerakan Nasionalis-Jawa radikal di Solo.

Isu yang sering mereka ambil adalah isu ekonomi. Sebab dengan isu tersebut kalangan nasionalis-radikal akan mudah mendapatkan simpati dari rakyat dan memudahkan gerakannya. Maka wajar kemudian kalau dalam sejarahnya di Solo telah terjadi sebelas kali kerusuhan dan tujuh di antaranya kerusuhan antar etnis Jawa dan Cina;

1) geger pecinan tahun 1745 di pusat ibukota Kraton Mataran di Kartasura Hadiningrat. 2) pada masa perang Jawa (masa perang Diponegoro tahun 1825-1830), 3) zaman Serikat Islam tahun (1911-1912). 4)kerusuhan tahun 1916, 5) kerusuhan pasca G30 SPKI tahun 1965. 6) kerusuhan November 1980 dan 7). Kerusuhan Mei tahun 1998.

Saat ini gerakan Islam ini menguasai sektor ekonomi menengah di Surakarta, mereka banyak memiliki penerbitan, percetakan, dan toko-toko kelontong. Tetapi perlu dicacat bahwa mereka belum mampu menembus dominasi pedagang bersekala besar seperti pedagang batik di Solo. Para pedagang batik di Solo mayoritas dari kalangan nasionalis, muslim moderat dan Arab.


No comments: