Tuesday, May 22, 2007

Betulkah Umat Islam Tertinggal dan Semakin Tertinggal?

Oleh :

Sayuti Hasibuan
Mantan Ketua Program MM Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta dan Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Al
Azhar Indonesia, Jakarta

Ayat 110 Surat Ali Imran dari Alquran mengatakan "Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah". Namun, kinerja umat Islam saat ini di dunia amat jauh dari apa yang dituntut oleh ayat ini. Hal ini terlihat dari data data yang setiap tahun diriset dan diterbitkan oleh UNDP, sebuah badan Perserikatan Bangsa Bangsa, dalam bentuk Human Development Report atau Laporan Pembangunan Manusia.

Dari laporan-laporan ini diketahui tidak satu pun negara Islam yang pencapaiannya mendekati pencapaian negara negara maju non-Islam. Pada tahun 1999, dari 165 negara di dunia, tidak satu pun negara Islam mendekati posisi negara-negara maju bilamana diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Yang tertinggi pencapaiannya adalah Brunei Darussalam pada posisi no 32. Yang terendah di kalangan negara Islam adalah Nigeria dengan posisi 161. Negara-negara Islam berpenduduk besar seperti Indonesia, Mesir, Maroko, Pakistan, dan Bangladesh berada pada posisi yang jauh lebih rendah yaitu masing masing 102, 105, 112, 127, dan 132.

Di kalangan negara Islam Indonesia jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara Islam relatif besar seperti Malaysia dan Republik Islam Iran. Dapat dijelaskan yang diukur dalam Indeks Pembangunan Manusia adalah pencapaian di bidang pendidikan, kesehatan, dan kekayaan ekonomi dan kemampuan ekonomi sebagaimana yang diukur oleh pencapaian pendapatan per kapita. Rendahnya indeks pembangunan manusia berarti manusia manusia Muslim jauh tertinggal pendidikannya, tingkat kesehatannya, dan tingkat kemampuan ekonominya dibandingkan dengan negara neagara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa, dan Jepang.

Posisi relatif negara-negara Islam tidaklah bertambah baik bilamana diperhatikan laporan tahun 2005. Pada tahun 2003, posisi no 1 s/d no 21 ditempati oleh negara-negara Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia. Posisi no 1 adalah Norwegia, no 10 Amerika Serikat, dan no 21 Spanyol. Selanjutnya dari 21 negara Islam di dunia yang diteliti, 17 negara mengalami penurunan dalam posisi relatifnya, satu negara tetap dan tiga negara Islam mengalami perbaikan. Yang mengalami perbaikan Uni Emirat Arab, Qatar, dan Republik Arab Libya. Yang tetap pada posisi no 71 adalah Oman. Khusus mengenai Indonesia maka posisi relatifnya menurun menjadi 110 (dari 177 negara).

Jeratan kemiskinan


Negara-negara Muslim di dunia bukan hanya tertinggal tetapi semakin tertinggal. Apa makna angka-angka ini? Sebagaimana sudah dikatakan, rendahnya indeks pembangunan manusia berarti rendahnya pencapaian di bidang pendidikan, kesehatan, dan kemampuan ekonomi. Di Pakistan, umpamanya, umur rata-rata penduduknya adalah 63 tahun sedangkan di Norwegia umur rata-rata penduduk adalah 79,4 tahun. Penduduk, menurut golongan umur, secara total yang masuk sekolah adalah 35 persen di Pakistan sedangkan di Norwegia 101 persen. Pendapatan per kapita di Pakistan adalah 2.097 dolar AS sedangkan di Norwegia pendapatannya adalah 37.670 dolar AS (UNDP, 2005).

Ditinjau dari sisi kemiskinan sejumlah besar penduduk negeri-negeri Muslim ini berada dalam jeratan kemiskinan. Dengan ukuran kemiskinan pendapatan per kapita per hari 1 dolar AS, maka dalam periode 1990-2003, 7,5 persen penduduk di Indonesia, 3,1 persen di Mesir, 13,4 persen di Pakistan berada dalam kemiskinan. Bilamana garis kemiskinan adalah 2 dolar AS per hari per kapita, maka proporsi penduduk yang miskin meningkat secara dramatis dengan Indonesia 52,4 persen, Pakistan 65,6 persen, dan Bangladesh 82,8 persen.

Tentu dapat ditanyakan kenapa kondisi yang menyedihkan ini bisa terjadi? Dan, terjadi berpuluh-puluh tahun sejak negeri-negeri ini mencapai kemerdekaan mereka di akhir Perang Dunia II? Apakah para cendekiawan Muslim tidak mengetahui dan sadar akan keterbelakangan ini? Apakah pemerintah negeri-negeri ini tidak peduli dengan keadaan kemiskinan dan keterbelakangan rakyat mereka? Jawaban bagi kedua pertanyaan terakhir ini adalah tidak.

Sudah amat banyak analisis brilian mengenai keadaan sosial-ekonomi penduduk. Juga pemerintah di negeri-negeri Muslim ini telah melancarkan berbagai program pembangunan khususnya dalam bentuk pembangunan lima tahunan, untuk mengeluarkan rakyat dari kemiskinan dan keterbelakangan. Namun, sebagaimana kita saksikan bersama upaya tidak membuahkan hasil yang berkelanjutan; bahkan kemiskinan dan pengangguran cenderung meningkat dan dengan itu meningkat pula ketergantungan kepada pihak luar.

Jadi, kenapa? Jawaban yang singkat adalah mutu kepemimpinan yang tidak tepat. Praktik-praktik yang dilaksanakan beserta kebijakan dan ilmu serta nilai nilai pokok yang digunakan semuanya berbasis kepada paradigma yang tidak tepat yaitu ideologi operasional materialisme dan individualisme. Faham- faham ini berlawanan dengan nilai-nilai universal Islam dan untuk Indonesia dengan nilai-nilai pokok UUD 1945. Oleh karena paradigmanya tidak tepat, maka sekuat apa pun upaya yang dilakukan maka upaya-upaya ini tidak akan membawa hasil berkelanjutan.

Akankah kegagalan kegagalan ini terus berkelanjutan ke masa depan? Ini tergantung kepada kualitas kepemimpinan umat. Kalau para pemimpin umat Islam masih terus menggunakan paham individualisme dan materialisme dalam manjemen kemasyarakatan dan kenegaraan maka tidak ada harapan kemajuan yang berarti akan terjadi di bidang sosial ekonomi.

Ketertinggalan akan terus berlanjut. Bagaimana dengan Indonesia, apakah ada harapan? Kita perlu tinjau secara khusus kasus Indonesia sebab Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia. Pada tahun 2005, penduduk Indonesia berjumlah 208,8 juta dan dari jumlah ini 87 persen memilih Islam sebagai agama. Kalau umat Islam Indonesia berjaya maka Indonesia raya akan berjaya. Selanjutnya, pengalaman Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia akan bermanfaat bagi negara Islam lainnya dan bagi negara berkembang pada umumnya yang merupakan dua pertiga dari umat manusia.

Dengan singkat dapatlah disampaikan bahwa memanglah umat Islam di dunia termasuk di Indonesia jauh tertinggal dan terus ketinggalan dalam kinerja kemanusiaannya. Ketertinggalan ini utamanya disebabkan mutu kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan. Amat dibutuhkan perubahan dalam orientasi nilai, ilmu yang digunakan, kebijakan dan praktik-praktik kepemimpinan di bidang sosial-ekonomi di negara-negara Islam ini khususnya di Indonesia.

Ikhtisar:

* Dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia, negara berpenduduk Muslim, posisinya semakin jauh dari negara maju.


* Rendahnya indeks pembangunan manusia berarti manusia-manusia Muslim jauh tertinggal pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kemampuan ekonominya.


* Penyebab ketertinggalan umat Islam adalah mutu kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan.


* Perlu perubahan dalam orientasi nilai, ilmu yang digunakan, kebijakan dan praktik kepemimpinan di bidang sosial-ekonomi di negara-negara Islam.

No comments: