Konsep Keluarga Sakinah (2)
Siti Musdah
Secara umum gambaran keluarga sakinah dapat merujuk pada sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Dailami dari Anas sebagai berikut: "Apabila Allah menghendaki suatu keluarga itu bahagia, maka ada lima indikator yang diberikan. Pertama keluarga itu taat menjalankan ajaran agama; kedua, anggota keluarga yang muda menghormati yang lebih tua; ketiga, mencari penghidupan (rezeki) dengan jalan yang halal, tidak tamak dan tidak serakah; keempat, membelanjakan hartanya dengan cara yang hemat dan sederhana, tidak boros dan juga tidak kikir; dan kelima, senantiasa melakukan introspekrsi diri agar dapat melihat kekurangan dan kesalahannya sehingga cepat bertaubat kepada Allah swt. Sebaliknya jika Allah menghendaki suatu keluarga itu tidak bahagia, maka Dia membiarkan keluarga itu dalam kesesatan.
Hadis Nabi tersebut menjelaskan secara rinci tentang lima ciri yang dimiliki oleh suatu keluarga ideal, yaitu seluruh anggota keluarganya secara tekun dan taat menjalankan perintah agama. Sesuai dengan salah satu fungsi keluarga, yakni fungsi religius, maka keluarga diharapkan dapat melakukan fungsi transformasi nilai-nilai agama kepada seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini tentu kedua orang tua: ayah dan ibu sama-sama diharapkan dapat menjalankan fungsi ini dengan sebaik-baiknya. Pendidikan agama harus berawal dan bermula dari keluarga, sedangkan lembaga sekolah sifatnya hanya membantu atau bersifat komplementer. Karena itu, sangat kelirulah bagi kedua orang tua yang menggantungkan sepenuhnya pendidikan agama bagi anak-anak mereka kepada lembaga sekolah.
Selain melaksanakan fungsi religius dengan baik, suatu keluarga disebut sakinah manakala fungsi-fungsi lainnya berjalan seimbang, yaitu fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi edukatif, fungsi protektif, dan fungsi rekreatif. Jika dikaitkan dengan hadis tersebut, fungsi-fungsi dimaksud dapat diimplementasikan dalam bentuk mengajarkan kepada anggota keluarga tentang pentingnya penghormatan kepada yang lebih tua. Mengajarkan tentang bagaimana mencari jalan penghidupan yang halal sehingga terhindar dari jalan yang tidak dibenarkan agama. Selanjutnya, mengajarkan bagaimana cara membelanjakan harta di jalan yang benar, tidak berfoya-foya, tetapi tidak pula berlaku kikir. Keluarga juga tempat belajar untuk introspeksi diri sehingga masing-masing anggota keluarga dapat menyadari kekeliruan dan kesalahannya untuk selanjutnya bertaubat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun. Jika seluruh fungsi-fungsi keluarga tersebut berjalan seimbang, maka dapat dipastikan bahwa seluruh anggota dalam keluarga itu akan diliputi rasa bahagia, damai, tenteram, dan harmonis.
Halaman: 1 [ 2 ] 3 4 5
No comments:
Post a Comment