Pluralitas Gerakan Islam |
Gerakan Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama setelah reformasi politik berjalan lebih stabil, menyusul jatuhnya rezim Orde Baru.
Perkembangan demikian dimungkinkan terjadi karena era baru politik Indonesia lebih demokratis dan faktor situasi geopolitik internasional yang mendukung, terutama bangkitnya gerakan-gerakan Islam di berbagai negara dan juga munculnya blok-blok baru yang berusaha �?melawan�?hegemoni dan dominasi yang melekat dalam sistem dunia.
Gerakan Islam dengan demikian bukan semata-mata menandai bangkitnya Islam sebagai kekuatan ideologi dan sosial keagamaan,tetapi juga menopang bangkitnya negara-negara yang berusaha keluar dari dominasi dan hegemoni negara lain atau sistem internasional yang tidak adil. Dengan sendirinya, Islam menjadi unsur yang sangat menonjol dalam proses penguatan identitas nasional dan kemandirian bangsa.
Di Indonesia, gerakan Islam muncul dalam berbagai varian. Ada yang levelnya nasional, ada yang lokal. Ada yang berorientasi politik praktis, ada yang mengedepankan gerakan kultural. Ada yang secara tegas membawa simbol dan ideologi Islam, ada yang membawa visi transformatif Islam yang universal. Semuanya pada hakikatnya bertujuan sama, yaitu menunjukkan keluhuran ajaran Islam dalam upaya mengangkat derajat dan martabat manusia serta mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang damai, adil, dan sejahtera.
Di satu sisi, varian-varian gerakan Islam itu menunjukkan betapa luhur dan luasnya ajaran Islam sehingga setiap kelompok bisa menafsirkan Islam sesuai pengetahuan dan keyakinannya. Ajaran Islam sangat terbuka terhadap penafsiran berdasarkan kebutuhan umat dan masyarakat luas di tengah gerak zaman yang bersifat dinamis. Kehadirannya tetap relevan dengan perubahan tanpa harus keluar dari inti ajarannya.
Di sisi lain, pluralitas ideologi gerakan Islam juga menunjukkan beragamnya aspirasi umat sehingga dibutuhkan lebih dari satu wadah agar aspirasi umat bisa tersalurkan dengan baik dan efektif. Beragamnya manifestasi gerakan Islam itu adalah pelembagaan dari berbagai aspirasi umat Islam yang harus dihormati dan diperjuangkan oleh masing-masing kelompok.
Pluralitas gerakan itu akan menjadi modal penting bagi upaya membangun landasan yang kokoh untuk mewujudkan kemandirian gerakan itu sendiri dan nasib bangsa di masa depan. Hal demikian bisa diwujudkan jika di antara para pemimpin dan tokoh Islam bisa dikembangkan kesadaran tentang pentingnya kerja sama di antara berbagai manifestasi gerakan yang ada.Dengan kesadaran itu,kelompok yang satu dengan yang lain bersifat saling melengkapi dan menguatkan.
Ibarat sebuah tim sepak bola, setiap pemain di semua lini mempunyai karakteristik dan tugas masing-masing.Tidak mungkin semua menjadi penyerang di depan, karena daerah pertahanan juga harus dijaga. Gerakan Islam juga demikian. Setiap kelompok memiliki gaya yang berbeda-beda, tetapi tujuan hakikinya adalah sama. Keberhasilan satu kelompok dalam memperjuangkan nilai-nilai luhur agama, harus bisa dianggap sebagai kemenangan seluruh gerakan Islam.
Seperti gol seorang striker adalah kemenangan seluruh tim. Pluralitas manifestasi gerakan akan bersifat kontraproduktif jika yang dikembangkan adalah klaim-klaim superioritas di mana masing-masing kelompok merasa sebagai pihak yang paling penting dan benar. Akibatnya, bukan kerja sama dan proses saling menguatkan yang dicapai, tetapi perpecahan dan sikap saling menegasikan dan mematikan gerak. Umat Islam pun akan semakin kehilangan kepercayaan dan penghargaan satu sama lain.
Gerakan Islam akan semakin rapuh dan lemah jika tujuannya adalah menandingi atau melawan gerakan Islam yang lain tanpa ada orientasi gerakan yang bersifat keluar (outward looking). Kesadaran bahwa hubungan antara kelompok gerakan Islam yang satu dan yang lain bersifat komplementer, perlu dipupuk dan dikembangkan secara berkesinambungan. Karena menurut hemat saya, mustahil bangsa ini bisa bangkit jika umat Islam sebagai komponen bangsa terbesar tidak bersatu dalam satu tujuan, meski manifestasi gerakannya berbeda-beda.
Di masa lalu, gerakan-gerakan Islam di Indonesia termanifestasikan dalam berbagai organisasi dan kelompok kepentingan. Namun, karena tujuannya sama, yaitu mengusir penjajah dan mewujudkan Indonesia yang merdeka, maka perbedaan manifestasi itu justru menjadi nilai lebih. Berbagai aspirasi umat bisa ditampung dan dikelola dengan maksimal.Perjuangan bersama sebagai panggilan agama yang suci untuk membela martabat manusia dan kemerdekaan juga menjadi semakin kokoh dan berdampak luas.
Tidak ada alasan mendasar untuk mengelak dari upaya mempersatukan gerakan Islam. Bukankah umat Islam yang satu dengan yang lain adalah saudara? Bukankah mereka mengucapkan syahadat yang sama? Salat lima waktu dengan kiblat yang sama,puasa wajib di bulan suci yang sama, dan menunaikan haji ke tempat yang sama? Seperti dikatakan Hujjatul Islam al- Ghazali,setiap orang apa pun mazhab dan keyakinannya, selama masih meyakini kalimat syahadat la ilaha illa Allah wa anna Muhammad rasulullah, adalah saudara seiman,kita tidak boleh mengafirkan dan memusuhi.
Karena itu, para pemimpin Islam, baik dari kalangan organisasi kemasyarakatan maupun partai politik, perlu sering bertemu, bersilaturahmi, dan bertukar pikiran untuk terus mengembangkan dan meningkatkan saling pengertian dan memperkokoh persaudaraan, sehingga kesalahpahaman bisa diminimalisasi. Kesalahpahaman adalah awal perpecahan. Persaudaraan dan kerja sama tidak bisa diletakkan dalam kerangka yang monolitik. Perbedaan partai politik, ormas keagamaan atau jalur perjuangan tidak seharusnya menjadi penghalang dalam mewujudkan persaudaraan dan kerja sama di antara gerakan Islam sendiri.
Perbedaan justru akan membuat gerakan Islam bersifat lebih dinamis dan bisa saling belajar dan melengkapi. Pluralitas manifestasi gerakan harus dipahami sebagai sumber kekuatan, bukan sebaliknya. Itulah resep membangun kembali negeri tercinta yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diwujudkan, jika ada revolusi kesadaran di kalangan para pemimpin dan umat Islam sendiri.
Dan saat ini upaya seperti itu menemukan momentumnya di saat situasi geopolitik internasional yang mendukung dan realitas gerakan Islam sendiri sudah membuktikan bisa berkembang dengan cepat dan independen: tidak menjadi kecil karena intervensi negara, juga tidak besar karena dukungan massif negara. Gerakan Islam berkembang pesat karena dinamika internalnya yang sangat mengagumkan. (SINDO/mbs)
A Muhaimin Iskandar /Ketua PKB
No comments:
Post a Comment