Monday, May 21, 2007

Indonesia Pasar Potensial Provokasi atas Nama Agama

Jakarta, Kompas - Umat beragama Indonesia merupakan pangsa pasar potensial provokasi atas nama agama. Keragaman keyakinan, kemiskinan yang masih melingkupi, serta gencarnya infiltrasi faham keagamaan transnasional membuat potensi gesekan antar-umat beragama sangat tinggi. Jika umat tak siap menghadapi, integritas nasional dapat terancam.

Presiden World Conference of Religions for Peace sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi dalam Pertemuan Tokoh Lintas Agama di Jakarta, Rabu (9/5), mengatakan, umat beragama saat ini belum memiliki impunitas atas berbagai provokasi yang ada. Kepercayaan umat terhadap tokoh agama juga mulai memudar.

"Provokasi akan terhenti jika umat masih percaya dengan tokoh agamanya," kata Hasyim.

Setiap agama di Indonesia memiliki banyak sekte keagamaan. Kondisi tersebut semakin menyulitkan upaya untuk mewujudkan persatuan dalam keberagaman.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Andreas A Yewangoe mengatakan, pluralitas agama tidak perlu dikhawatirkan akan mengarah kepada sinkretisme.

Uskup Agung Jakarta Kardinal Julius Darmaatmadja SJ mengatakan, agama harus mampu menyejahterakan umat manusia tanpa memandang latar belakang keyakinannya. Karena itu, gereja harus mampu menebar kasih yang jujur tanpa pamrih kepada siapa pun.

Namun, upaya gereja ini sering kali diinterpretasikan sebagai penyebaran agama. Padahal, penyebaran kasih tersebut merupakan upaya untuk merefleksikan pengabdian manusia kepada Tuhan.

(MZW)

No comments: